Kita pernah tiada, bukan..tetapi hanya bersemayam di dunia tanpa nama.
Bahkan kita tak tahu bahwa kita ada.
Sadar, hanyalah tangisan pembuka urat kehidupan.
Sembari ingat kita pernah ditepuk malaikat
Ingatkan perjanjian kita di dunia awal.
untuk apa kita berada.
Bukan mengejar emas, berlian, tahta atau wanita.
Bukan mencari pujian, pangkat atau kehebatan.
Kita merdeka untuk memujaNya.
Bukan jadi budak yang dibelenggu uang and cinta.
Kita merdeka untuk selalu bersholawat kepada kekasihNya.
Bukan mencari penyembah berupa jabatan dan kekuasaan.
Hidup kita ditentukan oleh kalimahNya.
Seteguh itu kita memegang, seerat itu kita berjuang.
Karena setiap nafas adalah pertanggungjawaban.
Maka seketika kau bermaksiat , segeralah meminta ampunan.
Bila kita mengejar semua kemewahan dan lupa padaNya.
Maka kita seperti mati sebelum menuju kehidupan ke dua.
Namun bila kemewahan itu jadi jembatan kita bersinergi dengan kemanusiaan.
Tidak membuat kita terlena oleh emas dan mutiara, maka boleh kita berada.
Merdeka atau mati itu yang tentukan kita sendiri.
Kita ingin hiruk pikuk pada mejikuhibiniu dunia.
Atau perlahan siapkan kekayaan spiritual berupa doa dan pengabdian.
Jangan lupa mengaji itu membuat kita jauh dari kejahiliyahan modern
Jangan terlena oleh pujian karena jabatan, prestasi dan pangkat.
jangan lupa oleh kesibukan bermaksiat hingga lupa hakekat.
Semampang masih ada pengingat , bersegeralah berangkat.
Karena maut tak kenal kita untuk menuntut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H