Oleh : Ahlan Mukhtari Soamole
Kita akan selalu menjadi diri kita, jikalau mempertegas segala tindakan dilakukan, terkadang kita kehilangan diri apabila berada disekitar orang kemudian mempengaruhi keberadaan kita
Pengaruh datang itu secara tak langsung menjadi problem siapakah berpengaruh saya atau dia mereka dll, mudah jika kita mengatakan bahwa pengaruh itu dari diri sendiri itu menandakan bahwa keberadaan menjadi diri sendiri amatlah penting.Â
Berisik, merupakan sebuah ungkapan tegas bagi seorang mau menyatakan dirinya adalah orang merdeka tak mau terbebani dengan pengaruh-pengaruh tak sesuai dengan prinsip kedirian padanya.Â
Mengungkapkan kata berisik kepada orang lain akan menjadi momok bahwa seorang itu adalah orang tegas  menyatakan pandangan dan kemandirian tidak bisa diatur oleh suatu tertentu.Â
Bagaimana bila seorang leader/ pemimpin dalam suatu pemerintahan mengatakan 'berisik' secara terbuka dapat dikatakan mempraktekan kebobrokan dan kepentingan, berisik baginya bisa saja jangan terbuka kepada lain karena perihal menyimpang harus terjaga diam-diam.Â
Presiden misalnya ketika berada di tengah elite akan berucap hal sama bila terdapat satu gangguan keamanan mengganggu keputusan politik sedang ditentukan.Â
Namun, ketika menteri atau gubernur mengungkap kata berisik dapat saja ada kompromi antara kekuasaan oligark. Kesembronoan terkadang berbeda-beda, ketika seorang kakak mengatakan berisik kepada adik-adiknya menandai bahwa kakak sedang melakukan aktivitas belajar membutuhkan ketenangan tanpa suara-suara menggangu aktivitas tersebut.Â
Negara berisik adalah negara selalu menciptakan kegentingan, keputusan-keputusan politik selalu membawa 'bencana' darurat destruktif tak jauh dari tindakan-tindakan merusak sendi politik negara tersebut misalnya hoax, otoriterianisme, dinasti politik bahkan setingkat meluasnya kemiskinan masih ada celah elite untuk berkata berisik kepada seorang karena sikap keberpihakan pada kepentingan masyarakat luas.Â
Berisik dalam aspek politik maupun filosofi adalah ungkapan eksis seorang secara merdeka namun pada kenyataannya eksis itu berorientasi pada dinamika tertentu, letak keterangan berisik hanyalah pemanfataan digunakan, menarik bukan sesuatu kata dapat dijadikan pelengkap metafora keberanian seolah tegas, tak mau diganggu secara diam-diam menyimpan ragam kepentingan.Â
Kehancuran demokrasi akhir ini, kekuasaan-kekuasaan mengalami fase dekandensi serta suatu pragmatisme akibat kelalaian kita untuk mempertegas keberanian bungkapan berisik untuk dijadikan semboyan perlawanan terhadap penindasan, status quo.Â
Penyelidikan-penyelidikan terhadap penjahat misalnya dengan ketenangan ungkapan jangan berisik seolah memudar hal ini tergambarkan ksplisit ketika berbagai kasus korupsi proyek, suap di tubuh pemerintahan dan korporasi dianggap biasa tanpa dalil perlawanan sebagaimana menyatakan berisik.Â
Bila tak ada lagi kemandirian dan kemerdekaan diri dalam memperjuangkan suatu kebenaran maka ke-berisik-an itu hanyalah segudang kekhawatiran mengarah pada kepentingan seorang atau sekelompok orang semata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI