Kesimpulan
Kematian bukan lagi misteri yang tak terpecahkan, melainkan realitas yang pasti terjadi pada semua makhluk hidup. Pendekatan keilmuan, baik dari sudut pandang ilmu kedokteran maupun ilmu keagamaan, memberikan pemahaman bahwa kematian adalah proses biologis sekaligus transendental.
Secara biologis, kematian adalah berhentinya fungsi organ tubuh yang vital. Secara spiritual, kematian dipandang sebagai perpindahan ruh dari dunia ke alam akhirat. Setiap orang, tanpa memandang usia, status sosial, dan profesi, akan menghadapi kematian. Oleh karena itu, pertanyaan terpenting adalah: "Apakah kita sudah siap?"
Bagi para sufi, kematian bukanlah akhir, melainkan "pertemuan dengan Sang Kekasih". Bagi para eksistensialis, kematian adalah momen puncak dari eksistensi manusia. Oleh karena itu, persiapan menghadapi kematian seharusnya tidak dilakukan di detik-detik terakhir kehidupan, melainkan harus dimulai dari sekarang, dengan memperbaiki amal perbuatan dan menjalani hidup dengan penuh kesadaran.
Seperti yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali dalam nasihat terkenalnya: "Manusia yang cerdas adalah mereka yang paling banyak mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian tersebut".
Referensi
1. Bernat, James L., et al. A Conceptual Justification for Brain Death. The Hastings Center Report, 1981.
2. Al-Ghazali. Ihya' Ulumuddin. Dar al-Ma'rifah, Beirut.
3. Kbler-Ross, Elizabeth. On Death and Dying. Scribner, 1969.
4. Heidegger, Martin. Being and Time. Harper & Row, 1962.
5. Ibn Qayyim Al-Jawziyyah. Kitab Ar-Ruh.