Mohon tunggu...
Ahaz Zahrafandi
Ahaz Zahrafandi Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah

Seorang pria yang lahir pada pemerintahan Soeharto. Dan ia yang ingin merubah hobinya menjadi bakat. Banyak orang yang mengatakannya sebagai pria yang suka bermimpi dan tak mau bangun sebelum mimpi itu terwujud. Entah siapa?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seribu Botol Surat Samudera

21 April 2019   19:59 Diperbarui: 21 April 2019   20:03 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiga tahun berlalu. Nayla sudah berumur 18 tahun. Tumbuh menjadi gadis, tapi sayangnya kurus kering. Pucat pasi. Sekujur tubuhnya dipenuhi Penyakit kulit. Bisul. Bernanah. Buruk sekali. Sudah lebih dari seribu botol dilemparkan Nayla ke laut kejam yang tega menelan ayah ibunya itu. Namun tetap saja tak ada balasan dari ayah ibunya.

"Ayah, Ibu, kalian dimana? Nayla rindu kalian. Tolong kasih tahu Nayla, dimana ayah ibu berada". Nayla terus menerus membaca kalimat itu di atas gundukan pasir tepi pantai. Dan Nayla tidak tahu kemana botol itu mengalir. Ia hanya melemparkannya kuat-kuat.
***

Di tepi pantai yang berseberangan dengan Nayla. Ada  pemuda tanpan. Keturunan kerajaan. Pemuda itu sering menjelajahi laut samudera tersebut. Dengan ratusan prajurit yang mendampinginya. Hingga suatu hari. Ia melihat banyak botol yang beriringan, terombang-ambing di atas samudera. Yang di dalamnya terdapt surat Nayla yang ditulis untuk ayah ibunya. Ia menyuruh salah satu prajuritnya untuk mengambil satu botol dari sebanyak botol itu.

"Tolong ambilkan satu botol itu untukku"
"Sandika dawuh , Gusti"

Setelah ia baca surat yang ada dalam botol tersebut. Ia merasa terharu membaca surat Nayla.  Dan ada perasaan yang berbeda di hatinya. Ia mengajak semua prajuritnya untuk mencari siapa yang menulis surat botol itu. Mereka terus mengikuti botol yang sama seperti botol yang dipegang sang putera raja.

Dan ternyata tanpa mereka sadari. Mereka sudah satu minggu terombang-ambing di atas lautan. Sampai akhirnya. Dipagi buta mereka melihat pulau yang tampak sepi. Tak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Tapi mereka melihat seorang gadis yang duduk tersimpuh di atas gundukan pasir.

Dialah Nayla. Nayla merasa ketakutan melihat banyak kapal yang mulai merapat di tepi pantai itu. Setelah merapat, sang pangeran itu turun menghampiri Nayla yang sendirian tanpa seorang teman. Nayla lari terbirit-birit ketakutan. Ia bersembunyi di dalam rumahnya yang terbuat dari gubuk peninggalan orang tuanya.

Pangeran melihatnya dengan penuh tanda tanya. Ia mengejar Nayla bersama prajuritnya. Mereka melewati hutan lebat pulau yang menakutkan. Melawan para binatang buas di dalamnya. Tapi mereka tetap semangat demi patuh pada perintah sang paduka.

Suatu ketika. Dimalam hari yang sangat dingin. Sang pangeran kecapean dan meminta para prajurit agar beristirahat sebentar. Tanpa ia sadari. Ia melihat sebuah gubuk yang terletak di tengah hutan. Ia mendengar suara merdu yang keluar dari gubuk itu. Nayla memang selalu bernyanyi ketika ia teringat ayah ibunya. Lalu, sang pangeran meminta untuk mengepung gubuk tersebut.

Salah satu prajurit membuka pintu gubuk Nayla. Nayla kaget. Nayla terhenyak menelan ludah. Nayla menangis ketakutan. Ia tidak tahu, harus kemana lagi ia bersembunyi. Tak lama kemudian Nayla ingat sesuatu yang dikasih peri hutan dan putri duyung. Nayla meminum air yang dikasih putri duyung dan memoleskan minyak dari peri hutan kesekujur tubuhnya.

Seketika Nayla menjadi gadis cantik jelita dan berpakaian layaknya cinderela. Penyakit kulit itu hilang tanpa bekas. Ia berubah total menjadi gadis cantik yang membuat sang pageran jatuh cinta pada Nayla. Nayla keluar tanpa rasa takut yang menghantuinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun