Atau marah
Atau sedih
Atau takjub, mendengar kisah bapak/ibu tua bijaksana yang mendongeng tentang petualangan hidupnya sepanjang mesin kereta api menderu: ada kisah sejarah purnawirawan yang telah menempuh separo dunia, hingga kemalangan seorang ibu yang tak mempunyai famili
Tapi ada juga cerita-cerita dari anak muda: dari yang pemalu hingga 'berandalan', sempat diserbu gerombolan anak 'Punk' atau juga obrolan memusingkan tentang mata kuliah oleh anak-anak kuliahan yang sama-sama pulang/balik kampung
Atau perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan ketikan digital
Memang itulah yang saya maksudkan bahwa kereta api menimpan banyak kisah
Saya boleh memulainya dengan kisah pertama?
-sebelumnya mungkin cerita ini tidak indah dinilai dari segi sastra sebab saya tidak menawarkan konflik tinggi dan resolusi tak terduga yang membuat orang lain terbawa, sebab cerita saya bukanlah cerita yang menarik bagi kebanyakan orang. Ini menjadi 'cerita' bagi saya sebab kenangannya lah yang menjadikannya 'cerita'. Toh ini memang tidak saya desain untuk menjadi sebuah buku cerita.
-Dan sebenarnya ini memang bukan cerita
Minggu, 20 November 2011 saya berangkat dari stasiun Kota Baru Malang. 'Beruntung', di Malang usai diadakan konser besar di lapangan Rampal yang mengundang band-band ibukota. Dan penontonnya adalah sekumpulan -ribuan- anak Punk dari berbagai daerah di Jawa Timur. Minggu pagi adalah waktu mereka kembali ke daerah asal masing-masing. Iya sekali!
Saya bertiket bernomor tempat duduk. Dan saya duduk di kursi di gerbong yang tepat. Namun saya sepertinya 5 dari 6 menjadi kursi kosong sebab orang-orang tidak menghiraukan nomor kursi yang menurut mereka menyusahkan.