Kehebohan pun melanda semua anak yang di situ. Tidak ada yang berani sendirian di dalam tenda. Apalagi anak perempuan. Banyak diantara mereka mulai menangis dan berpelukan.
"Gimana enaknya, Rif. Kalau di sini ga kondusif lagi deh kayaknya. Pada takut semua. Mending semua dibawa ke lapangan aja deh", Fajar buka suara
Arif melongok-longok mencoba mencari sesosok gadis yang sedari tadi diawasinya. Tidak ambil peduli dengan kalimat Fajar.
"Eh, Bro. Woi, nyari siapa sih? Dari tadi aku ngomong sama sekali nggak ada tanggapan", Â Fajar kesal dengan tingkah Arif.
"Eh iya, maaf. Yasudah gimana baiknya aja menurutmu. Aku manut lah."
"Yowes, yuk kita antar mereka ke lapangan. Tenda biarkan kosong lah, ya. Siapa juga yang mau nyolong tenda", Fajar sudah mulai berjalan tapi dilihatnya Arif masih berdiri terpaku.
"Ya Allah, Arif. Ngapain sih? Ayo jalan! Ngomong sama orang kasmaran itu beneran ngeselin, deh!"
"Halah apaan sih, Jar", Arif terus berjalan mengekori Fajar.
"Eh, sebentar, Jar. Aku balik tenda. Perasaanku kok nggak enak ya. Kayak ada yang ketinggalan", langkah Arif mendadak berhenti.
"Alaah! Itu kasihmu yang ketinggalan. Anak 1.4", teriakan Fajar dari kejauhan tidak mengusik Arif. Setengah berlari ia kembali ke tempat tenda-tenda didirikan.
Hani masih tertidur lelap. Tidak sadar kalau tinggal seorang diri di situ. Dia terbangun saat merasa mendengar bunyi dan geli di kakinya seperti ada sesuatu yang merambati.