Upacara adat Makan bersumbul artinya menikmati hasil karya bersama dalam bidang usaha menanam padi. Bersumbul artinya juga saling suap-menyuap nasi serta lauk-pauknya terutama bagi muda-mudi
Maksud dan tujuanÂ
a. Mempererat hubungan silaturahmi antara pemuda dan pemudi yang berlainan jenis, berlainan dusun/desa tempat tinggalnya.
b. Saling meneliti sifat atau tingkah laku dari pasangan yang ingin dipilih.
c. Untuk mencari calon suami/isteri.
d. Saling tukar menukar pemuda/pemudi antar desa/dusun untuk mengembangkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan.
e. Melestarikan adat kerukunan hidup nenek moyang daerah pada masa lalu, agar selalu tercermin sifat kegotong royongan dan terus menerus terbina rasa persatuan dan kesatuan di Bangsa Indonesia ini.Â
Waktu penyelenggaraan upacara
Setelah panen padi.
Tempat penyelenggaraan
Di balai Desa atau  rumah yang mempunyai nazar/hazat.
Penyelenggaraan teknis upacara
a. Dusun/desa yang mempunyai hajat mempersiapkan tempat undangan.
b. Membuat undangan secara lisan atau tulisan baik dalam dusun/desa itu sendiri dan dari luar dusun/desa luar, terutama yang membantu waktu menebas/menebang kayu, waktu nugel, waktu benih dan waktu memetik padi.
c. Menyusun daftar pasangan bujang/dayang(gadis) yang akan bersumbul.
d. Menyediakan makan nasi dalam belanga dan lauk pauknya, dan tentang lauk pauk diutamakan lauk udang darat, lempah umbut-umbutan dengan santan kepala.
e. Mengundang musik daerah, yaitu;
- Grup Gambus untuk mengiringi Tari Bencak dan waktu bujang/dayang yang akan saling menjual dan membeli pantun (berbalas pantun).
- Para pemuda pemain silat
- Kepala desa
- Pawang (dukun kampung)
- Duk inang dari bujang/dayang
- Pemuda-pemuda pemain silat
- Bujang/dayang yang akan makan bersumbul
- Penghulu
- Grup musik Gambus
- Penari Dencak
Persiapan dan perlengkapan upacara
- Panggung
- Penari Dencak
- Pondok Kerak nguap tempat memasak nasi
- Belanga dan alat memasak lainnya
- Grup musik Gambus/gendangp panjang, gong, biola
- Bujang/dayang (peran waktu bersumbul)
- Pemain silat
A. Setelah seluruh undangan hadir, maka pembawa acara membacakan tertib acara;
a. Pembukaan yang disampaikan oleh pembawa acara;
b. Sambutan dan pengarahan oleh Kepala Desa;
c. Sambutan tuan rumah yang mempunyai hajat menyelenggarakan "MAKAN BERSUMBUL"
B. Selingan penampilan silat;
a. Penampilan persilatan.
Untuk memeriahkan upacara, diminta kepada para undangan untuk menyiapkan jago-jago silat dari setiap dusun/desa, khusus pemuda-pemuda yang terdaftar secara bebas.
- Boleh dengan tangan kosong
- Dengan tembung (tongkat panjang/toya)
- Dengan pedang
- Dengan besi cabang (trisula atau bisa juga dengan besi dua cabang)
Pelaksanaannya secara bergilir dengan diiringi musik Gendang Panjang dan Gong
b. Berdaek
Dari tiap-tiap dusun/desa telah ditentukan, diwajibkan Berdaek (menyampaikan) sebuah lagu menurut versi masing-masing secara bergilir
c. Berdencak
Untuk memeriahkan suasana tersebut, para muda mudi (bujang/dayang) diwajibkan berdencak secara berpasangan dengan diiringi musik Gambus.
d. Berbalas Pantun
dari tiap-tiap dusun/desa yang hadir tersebut, telah menyiapkan regu berbalas pantun, yaitu secara bergiliran, yang satu menjual pantun, yang satu membeli pantun dan sebaliknya, tanpa teks.
e. Membaca do'a selamat
 Membaca do'a selamat secara umum dipimpin oleh penghulu secara agama Islam.
Do'a khusus dari pawang (dukun) yang isi dan tujuannya adalah ucapan terima kasih (Syukur kepada Tuhan) dan mohon kepada Dewi Sri (dewi padi) agar di tahun mendatang lebih meningkatkan hasilnya.
f. Memberi makan parang (golok) dan kapak
Sebelum undangan menikmati Buk (nasi) baru hasil panennya dengan cara "MAKAN BERSUMBUL", terlebih dahulu Buk diberikan kepada parang dan kapak dengan ucapan; 'nah parang kek kapak ikak ko berik Buk Nai, rajin-rajin ude e begawe'. Artinya; nah golok dan kapak, kamu berdua sekarang saya beri makan nasi baru merah, setelah itu nanti kamu rajin-rajinlah bekerja.
C. Acara Inti
Makan Bersumbul
Acara puncak ini dipimpin oleh Duk Inang (Seorang perempuan setengah tua), untuk memberi aba-aba peringatan dan pelaksanaan. Hidangan Buk Nai beserta lauk pauknya disajikan oleh petugas yang telah ditentukan oleh tuan rumah.
Duk Inang memulai accara puncak ini dengan menjual sebuah pantun kepada Bujang/Dayang yang telah siap makan bersumbul (saling menyuap) Buk Nai.
Pantun Duk Inang
Hari jum'at datang surat
Hari minggu ditunggu-tunggu
Berhubung kami punya hajat
Ikak kinilah hame (sama-sama) ketemu
Pantun bujang
Sungguh banyak pasir di tasik
Hanye satu bersising api
Sungguh banyak gadis cantik
Hanye satu setuju di hati
Pantun Dayang
Batu rusa jembatan besi
Besi di palu nyaring bunyi e
Men ikak nek kek ku ni (kalau kalian suka dengan aku ini)
Cube ape bukti-bukti e (coba apa bukti-buktinya)
Pantun Bujang
Penugal padi di hume-hume (ladang/kebun)
Batang hibul keras kayu e
Men ikak nek bukti e
Mari kite makan bersumbul berhame-hame (bersama-sama)
Pantangan ; tidak boleh bersiul
Makna yang terkandung dalam simbol-simbol
a. Mengingat bahwa mulai menebas hutan memakai parang, dan waktu menebang kayu memakai kapak, maka sebelum makan bersumbul dimulai, maka; parang dan kapak diberi makan lebih dahulu, baru acara makan bersumbul dilaksanakan.
b. Karena yang berperan utama dalam menebas dan menebang hutan tersebut adalah para bujang/pemuda maka untuk mengambil makanan diutamakan sang bujang, baru para dayang mengambil nasi serta lauk pauknya.
c. Dengan makan bersumbul maka terbinalah rasa persatuan Bangsa, antar dusun atau desa tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI