Suli Da'im menjabarkan, politik transaksional itu datang dari partai politik. Hal ini karena dalam internal partai politik ada persaingan yang begitu ketat untuk mendapatkan rekomendasi dari petinggi partai.
Dalam konteks ini, potensi terjadinya politik transaksional sangat besar. Jumlah mahar politik pun tidak kecil.
Menurut dia, pendekatan transaksional antarcalon yang ingin maju dengan petinggi partai sudah menjadi hal lumrah di negeri ini. Siapa yang memiliki basis kapital, dialah pemenang.
Pada akhirnya, calon pemimpin daerah tidak lagi ditinjau dari aspek kualitas, melainkan finansialnya.
Saya jadi teringat Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora. Dalam acara di MetroTV pada 13 Agustus 2023, dia mengatakan bahwa setiap politisi harus menjawab satu pertanyaan ini: apa yang membuat orang lain mau membayar? Apakah dia dari investor, shareholder, kader, struktur, pendiri, atau lainnya?
Menurut Anis, secara psikologis, alasan orang yang membayar mahar politik bisa dilatarbelakangi oleh persamaan kepentingan, baik terkait ideologi maupun persahabatan. Namun, ideologi atau kepentingan semuanya bertemu pada satu persoalan dasar, yaitu trust (kepercayaan).
Anis lalu memberi ilustrasi pengalamannya saat kampanye sebagai politisi di Sulawesi Selatan. Ketika itu, dia sempat didaulat menjadi pembicara dengan konten politik di hadapan khalayak ramai.
Dalam pemaparannya, Anis menjabarkan ide dan gagasan yang didasarkan pada teori dan praktik di lapangan, didukung oleh data-data yang telah diolah.
Sepulang dari acara, Anis mengaku amat sangat kecewa. Ini karena respons audiens dingin-dingin saja menanggapi ceramahnya. Minimnya respons dari publik yang mendengarkan ceramahnya membuat dirinya merasa menjadi orang bodoh yang tidak berhasil meyakinkan dan memengaruhi publik di sana.
Sebaliknya, Anis mengaku pernah diundang untuk ceramah, tetapi kali ini dia tidak berbicara soal politik, melainkan memberikan ceramah terkait Maulid Nabi. Responsnya jauh berbeda dengan saat dirinya menyampaikan materi politik. Masyarakat di sana menyambut dengan sangat antusias.
Dari acara Maulid itu, Anis mengaku menjadi sering diundang ke acara-acara serupa yang terkait dengan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) seperti Isra' Mi'raj, 1 Muharram, dan lain sebagainya. Bahkan, saking antusiasnya, masyarakat rela urunan untuk menyiapkan jamuan makanan seperti layaknya pesta pernikahan yang mewah.
Pertanyaannya, kenapa masyarakat rela dan bermurah hati mengeluarkan uang pribadi melalui urunan untuk mengundang dirinya menjadi pembicara?