Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yai Usman dan Dua Bungkus Tahu

20 Januari 2025   15:03 Diperbarui: 20 Januari 2025   15:03 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: Freepik

Orang-orang memanggilnya Yai Usman. Nama lengkapnya, Usman Labib. Pria kelahiran Magetan, tamatan Pendidikan Guru Agama (PGA). Cita-citanya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi kandas. Orang tuanya tak mampu lagi membiayai. Jangankan kuliah, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sering tak cukup.

Kehidupan Yai Usman jauh dari kemewahan, namun begitu sarat dengan keteladanan. Bersama istrinya yang lembut dan keenam anak mereka, Yai Usman menjalani hari-hari penuh keberkahan. Keluarga itu tetap terasa hangat oleh suasana cinta dan doa.

Rumah yang ditempati Yai Usman dulu milik seorang pegawai KAI. Tidak terlalu lebar, tetapi memanjang. Di bagian belakang, dia pakai untuk memproduksi tahu. Karena lama tak pernah ada perbaikan, banyak dinding temboknya terlihat melepuh dan dipenuhi debu.

Saban pagi, Yai Usman bangun untuk salat tahajud. Dengan suara lembut, ia membangunkan anak-anaknya untuk ikut berdoa bersama. Setelah itu, ia mulai menyiapkan gerobak kecilnya. Di atas gerobak itu, bertumpuk tahu segar hasil olahan sendiri. Meski sederhana, tahu buatan Yai Usman lumayan terkenal karena rasa dan kualitasnya.

Selepas salat subuh di masjid, Yai Usman mengayuh gerobaknya menuju pasar krempyeng. Kehidupan di pasar kecil itu selalu penuh cerita, dari tawar-menawar yang hangat hingga tawa para pedagang.

Yai Usman selalu punya cara untuk menjaga kesederhanaannya. Ia tak pernah menaikkan harga seenaknya, meski tahu pelanggan setianya tak akan keberatan membayar lebih.

Suatu pagi, ketika dagangannya hampir habis, tinggal dua bungkus tahu tersisa di gerobaknya. Dua bungkus tahu itu sengaja tidak dijual. Sudah dipesan Bu Zulaichah, pelanggan lamanya.

Ketika matahari makin menanjak tinggi, Bu Zulaichah tak jua datang. Beberapa orang yang menghmpiri bedaknya bernit membeli dua bungkus tahub yang tersisa itu. Namun. Yai Usman tak bisa mengabulkannya.

"Yai, tahu masih ada? Lha ini tinggal dua bungkus, ya. Saya beli, ya," ucap Bu Karsini, pelanggannya, dengan nada mendesak.

Yai Usman tersenyum lembut. "Maaf, Bu Karsini. Dua bungkus tahu ini sudah dipesan Bu Zulaichah. Orangnya masih ada perlu, sebentar lagi kembali."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun