Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cahaya Ibu

18 Januari 2025   10:40 Diperbarui: 18 Januari 2025   10:40 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: islamic-relief.org.uk

Pagi itu, embun masih menggantung di dedaunan, membiaskan sinar matahari yang mulai mengintip dari ufuk timur. Firda menutup mushaf Al-Qur'an di pangkuannya dengan lembut, seolah-olah takut mengganggu keheningan yang menyelimuti suasana. Sesaat ia terdiam, matanya menatap langit yang biru pucat, seolah mencari makna dari setiap ayat yang baru saja ia resapi.

Udara subuh yang sejuk menyusup lembut, menyentuh kulit dan meresap hingga ke tulang, namun di dalam hatinya, ia merasakan kehangatan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ketenangan itu seperti oase yang menyejukkan, memberi energi dan semangat baru untuk menjalani hari. Setiap kata, setiap huruf dari kitab suci yang ia lantunkan, bagaikan alunan doa yang mengalir langsung ke relung jiwanya, menghadirkan damai yang tak tergantikan.

Firda tak pernah terburu-buru dalam membaca. Setiap ayat ia nikmati dengan pelan, berhenti sejenak untuk menatap terjemahannya, kemudian mencatat beberapa hal yang menggetarkan hatinya. Kadang, bila ada ayat yang dianggap penting sebagai referensi, Firda membaca berulang kali agar bisa menancapkan dalam memori otaknya.

Di sampingnya, buku catatan kecil sudah penuh dengan goresan tinta. Di sana, ia menyimpan pemikirannya, pemahaman sederhana yang dia dapat dari tiap ayat yang ia baca. Al-Qur'an adalah sahabat setianya.

Setiap pagi, selepas subuh, Firda selalu meluangkan waktu untuk membaca ayat-ayat Allah. Bukan sekadar ritual harian, tapi sebagai sumber kekuatan dan ketenangan jiwa. Ia tak pernah merasa lebih hebat karena itu. Baginya, Al-Qur'an adalah penuntun, bukan untuk dipamerkan.

Firda hanyalah seorang perempuan muslimah yang sederhana. Tinggal di desa kecil, dengan pakaian yang tak pernah mencolok. Penampilannya bersahaja, kerudung yang selalu rapi menutupi kepala, dan langkahnya penuh ketulusan. Orang-orang mengenalnya sebagai perempuan yang jarang berbicara, namun ketika ia berbicara, kata-katanya membawa kedamaian bagi siapa pun yang mendengarnya.

Suatu hari, desanya geger dengan kabar tentang perlombaan ceramah untuk perempuan muda. Sebagian besar tetangga langsung menyarankan Firda untuk ikut serta.

"Kamu harus ikut, Fir. Kau tahu banyak tentang Al-Qur'an," kata Laily, sahabat karibnya.

Firda hanya tersenyum kecil. "Aku tak pandai bicara di depan banyak orang," jawabnya pelan.

Laily tak menyerah, "Kau tak perlu pandai bicara, Fir. Cukup sampaikan apa yang selalu kau sampaikan padaku. Tentang kebaikan, tentang Al-Qur'an, dan hidup dengan hati yang lapang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun