Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelukan Doa di Tengah Hujan

23 Oktober 2024   11:25 Diperbarui: 23 Oktober 2024   11:49 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: freepik.com/author/gfxshahed

Di dalam, suasana khusyuk menyelimuti. Tak lama kemudian, bahuku disentuh tangan. Aku seketika menoleh, eh, Karim, teman sekelas yang kini sama-sama aktif dalam kegiatan keagamaan.

"Kita mulai, ya. Ayo, kita bersama-sama mengucapkan selawat," ujarnya sambil tersenyum.

Sejatinya, aku tidak kelewat hafal selawat. Karena ngajiku terbatas. Sebatas bisa membaca Al-Qur'an, itu pun tidak lancar-lancar banget.

"Sudah, ikut saja. Nanti juga akan hafal sendiri," timpal Karim.

Kami pun berdiri berdekatan, menyatu dengan para jamaah lain. Saat lisan ini mulai melafalkan selawat, aku merasakan betapa pentingnya momen ini. Setiap kalimat mengalir, membawa harapan, kebahagiaan, dan kerinduan akan Nabi Muhammad saw.

Seakan terbawa arus energi positif, segenap beban yang menghimpit di hati menguap. Dalam keadaan hening, hatiku bergetar. Selawat bukan sekadar doa. Ia adalah sebuah ikatan, pengingat akan cinta yang tak pernah pudar.

Tiba-tiba, suara petir menggema di kejauhan, mengingatkanku pada hujan semalam yang begitu lebat. Beberapa jamaah tampak terkejut, tapi Karim menyenggolku, lalu berbisik, "Jangan khawatir, kita di sini untuk bersyukur. Semuanya akan baik-baik saja." Ucapannya menenangkan, dan aku kembali fokus pada bacaan selawat.

Suara lantunan doa yang harmonis memenuhi ruang masjid. Merasuki setiap sudut hati kami. Setelah selesai, suasana menjadi semakin hangat. Suara tawa anak-anak yang bermain di luar terdengar, seolah menjadi irama pelengkap. Momen ini menyadarkanku bahwa di tengah ketidaknyamanan, ada tempat yang bisa menjadi pelindung bagi jiwa.

***

Ketika acara selesai, jamaah mulai beranjak, tetapi aku dan Karim masih berdiri di tempat.

"Sudikah kalau kita berbagi sedikit tentang kehidupan kita?" Karim mengajukan ide, matanya berbinar penuh semangat. Aku mengangguk, merasa senang bisa berbagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun