Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serunya Wakil Konjen Jepang Belajar Bikin Ecoprint

28 September 2023   10:22 Diperbarui: 6 Oktober 2023   06:55 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekan lalu, saya menemani Ishii Yutaka. Dia menjabat Wakil Konjen Jepang di Surabaya. Orangnya ramah, terbuka, dan humoris. Lumayan lancar berbicara bahasa Indonesia

Ishii Yutaka datang di Kampung Mandiri Kedung Baruk. Lokasi tepatnya di RW 5 Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut Surabaya. Di kompleks Wisma Kedung Asem Indah.

Kampung Mandiri Kedung Baruk cukup dikenal di Kota Pahlawan. Langganan juara lomba-lomba kebersihan. Puluhan piala dan hadiah sudah diraih. 

Di level nasional, kampung ini mendapat penghargaan Juara Umum Program Kampung Iklim (Proklim) Tahun 2022.

Penobatan tersebut karena Kampung Mandiri dinilai sebagai kampung inovasi dalam upaya pengendalian iklim oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia.

Raihan prestasi itu juga tak lepas dari program inovasi unggulan. Di Kampung Mandiri ada Kelompok Wanita Tani (KWT) yang membuat kebun hidroponik, rumah kompos.

Selain itu, ada pula bank sampah, rumah pompa polder, budidaya ikan lele, dan pembuatan ecoprint.

Program-program tersebut telah memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat. 

Tak sedikit produknya yang sudah dijual ke masyarakat luas. Salah satunya, produk ecoprint yang diberi label Namira Ecoprint.  

Pemiliknya, seorang pensiunan Aparat Sipil Negara (ASN). Namanya, Yayuk Eko Agustin Wahyuni. 

Jabatan terakhirnya sebagai Asisten I Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya.

Yayuk Eko merintis usaha ini tahun 2019. Mulai dari nol. Awalnya, dia mengikuti berbagai kursus membuat ecoprint. Mentornya dari Jogjakarta, Jakarta, Bandung, dan Belanda.

Bekal tersebut membuat Yayuk Eko terampil membuat ecoprint. Berbagai eksperimen sering dilakukan. Tidak semuanya berhasil. 

Yang gagal juga banyak. Namun keberaniannya itu membuat dirinya mampu membuat produk berkelas dan laku dijual di pasar.

Yayuk Eko juga pantas bangga, selama empat tahun berkiprah dia sudah menggondol empat penghargaan. Yakni, Juara 1 Pengusaha Teladan IWAPI Jatim 2022, Juara 1 Pengusaha Berprestasi Tingkat Nasional IWAPI tahun 2022.

Juga meraih Inovator IKM Hijau Jatim Kategori Penggunaan Bahan Baku Alam, dan Juara 2 Lomba UKM Berprestasi Kategori Kriya.

Yayuk Eko Agustin menunjukkan produk kulit ecoprint. foto: namira
Yayuk Eko Agustin menunjukkan produk kulit ecoprint. foto: namira


***

Sekira pukul 11.30, Ishii Yutaka datang di rumah butik Namira Ecoprint. Dia tidak datang sendiri, melainkan bersama dua orang yang sudah dianggap seperti sahabatnya. 

Mereka, A. Hermas Thony yang kini menjabat Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya.

Satu lagi, Nanang Purwono. Dia seorang pegiat sejarah dan budaya. Menjabat Ketua Begandring Soerabaia, komunitas sejarah yang hits di Surabaya. 

Komunitas Begandring ini telah melahirkan karya-karya berupa film dokumenter,buku-buku, dan Festival Peneleh.  

Kunjungan Ishii Yutaka sudah direncanakan beberapa hari sebelumnya. 

Dia ingin melihat aktivitas-aktivitas di Kota Pahlawan. Dari sektor ekonomi, budaya, sosial, pendidikan dan lainnya.

Makanya, ketika diajak A Hermas Thony untuk melihat produksi ecoprint, Ishii Yutaka sama sekali tak menampik.  

Nama Namira Ecoprint sendiri seperti informasi yang dia terima, merupakan satu dari beberapa usaha ecoprint yang memiliki reputasi dan punya produk-produk berkelas.

Di Butik Namira, mereka disambut Yayuk Eko Agustin Wahyuni, owner Namira Ecoprint dan suaminya, Didik Edy Susilo.

Kali pertama masuk rumah butik , mereka surprise melihat melihat beragam produk ecoprint dari kain, baju, tas, jaket dan lainnya. Produk-produk tersebut dipajang dan ditata rapi.

Pun dengan deretan foto dan piagam penghargaan yang terpasang di dinding. "Wow, ibu dapat penghargaan juga," ucap Ishii Yutaka.

"Semua produk kami ramah lingkungan. No chemical. Tidak ada bahan yang tersisa. Daun-daun yang sudah kami pakai dibikin kompos. Itulah sebabnya kami mendapatkan penghargaan-penghargaan ini," jawab Yayuk.

Yayuk Eko lalu mengajak mereka di ruang tengah. Di sana ada meja besar berukuran 2x3 meter persegi. Di atasnya dibentangkan kain. Kain tersebut sudah ditempeli bunga dan daun yang membentuk desain ecopint yang diinginkan.

Ada daun jati, pisang, secang, kedondong, eucalyptus, dan lainnya. Kebetulan, rumah butik Namira tersebut juga dipakai sebagai workshop.

"Untuk menata daun-daun hingga bentuknya seperti ini gimana caranya, Bu?" cetus Thony seraya memegang daun-daun tersebut.

"Ini Pak Didik yang paling telaten menata seperti ini. Butuh waktu dua jam untuk melakukannya," sebut Yayuk Eko.

Dia lalu menjelaskan, khusus daun jati didapatkan dari Jombang. Di sana Yayuk punya lahan yang ditanami pohon jati. 

Yang lain dibeli dari Surabaya. Bahkan di sekitar kampungnya banyak daun yang berserakan dia manfaatkan untuk ecoprint.

"Ecoprint itu pewarnaan alam. Kami tidak bisa menebak hasilnya karena sangat tergantung alam. Makanya, kami terus melakukan eksperimen untuk menampilkan pewarnaan alami," tutur Yayuk.

Untuk mengobati rasa penasaran mereka, Yayuk Eko lalu mengajak Ishii Yutaka dan AH Thony ikut melakukan proses pembuatan yang menggunakan teknik pounding, yakni teknik pembuatan motif pada kain dengan cara dipukul dengan menggunakan palu.

"Pukul-pukul bagian kain yang terdapat daunnya. Ini agar warnanya keluar maksimal," jelas Yayuk Eko.

Ishii Yutaka dan AH Thony yang mengamini instruksi Yayuk Eko pun melakukan pukulan palu penuh semangat. Karena waktu, mereka tidak memungkinkan melakukan proses berikutnya seperti merendam kain hingga menjemur.

Hanya Yayuk sudah menyiapkan hasil kain ecoprint yang suda direndam. Yayuk Eko lalu membukanya di hadapan mereka.

"Wow, warnanya bagus sekali," ucap Ishii Yutaka yang berulang kali memotret produk alat, dan proses pembuatan ecoprint melalui smartphone-nya.

Ishii Yutaka mengenakan kmono bersama Didik Edi Sulilo dan Yayuk Eko Agustin, foto: namira
Ishii Yutaka mengenakan kmono bersama Didik Edi Sulilo dan Yayuk Eko Agustin, foto: namira

***

Senyum mengembang dari bibir Ishii Yutaka. Ini setelah dia benar-benar merasa nyaman mengenakan kimono buatan Namira Ecoprint.

Kimono tersebut adalah produk limited edition alias dibuat terbatas. Yayuk Eko hanya menampilkan untuk dua event, yakni di Japan Jogja Week 2023 dan Surabaya Fashion Parade 2023.  

"Wah, ini bagus sekali. Cocok dipakai," ujar Ishii Yutaka seranya melihat dari bawah, lalu tangan kiri dan kanannya.

Sesaat kemudian, dia berjalan ke depan lalu kembali seraya melihat dirinya dalam cermin.

Ishii Yutaka mengaku sangat berkesan berada di Namira Ecoprint. Karenanya, dalam waktu dekat, dia ingin mengajak teman-temannya datang lagi ke Namira.

"Saya sudah foto-foto ini semua. Saya boleh datang lain hari ke sini bersama teman-teman," ujar Ishii Yutaka yang langsung dijawab oke oleh Yayuk Eko.

Sebelum pulang, Ishii Yutaka rupanya sudah ditunggu warga kompleks tersebut. Mereka ingin berkenalan dan berbincang-bincang.

Ishii Yutaka  menyatakan tak keberatan. Dia masih mengenakan kinomo Ishii Yutaka lalu datang di Kampung Mandiri yang lokasinya hanya beberapa meter dari Butik Namira Ecoprint.

Di sana, Ishii Yutaka berdiskusi, menceritakan pengalaman, sekaligus mengabarkan jika pihaknya akan berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Surabaya untuk membuat Pameran Aksara. (agus wahyudi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun