Komunitas Begandring ini telah melahirkan karya-karya berupa film dokumenter,buku-buku, dan Festival Peneleh. Â
Kunjungan Ishii Yutaka sudah direncanakan beberapa hari sebelumnya.Â
Dia ingin melihat aktivitas-aktivitas di Kota Pahlawan. Dari sektor ekonomi, budaya, sosial, pendidikan dan lainnya.
Makanya, ketika diajak A Hermas Thony untuk melihat produksi ecoprint, Ishii Yutaka sama sekali tak menampik. Â
Nama Namira Ecoprint sendiri seperti informasi yang dia terima, merupakan satu dari beberapa usaha ecoprint yang memiliki reputasi dan punya produk-produk berkelas.
Di Butik Namira, mereka disambut Yayuk Eko Agustin Wahyuni, owner Namira Ecoprint dan suaminya, Didik Edy Susilo.
Kali pertama masuk rumah butik , mereka surprise melihat melihat beragam produk ecoprint dari kain, baju, tas, jaket dan lainnya. Produk-produk tersebut dipajang dan ditata rapi.
Pun dengan deretan foto dan piagam penghargaan yang terpasang di dinding. "Wow, ibu dapat penghargaan juga," ucap Ishii Yutaka.
"Semua produk kami ramah lingkungan. No chemical. Tidak ada bahan yang tersisa. Daun-daun yang sudah kami pakai dibikin kompos. Itulah sebabnya kami mendapatkan penghargaan-penghargaan ini," jawab Yayuk.
Yayuk Eko lalu mengajak mereka di ruang tengah. Di sana ada meja besar berukuran 2x3 meter persegi. Di atasnya dibentangkan kain. Kain tersebut sudah ditempeli bunga dan daun yang membentuk desain ecopint yang diinginkan.
Ada daun jati, pisang, secang, kedondong, eucalyptus, dan lainnya. Kebetulan, rumah butik Namira tersebut juga dipakai sebagai workshop.