***
Jika merujuk keberadaan media massa, tentu salah satunya terkait belum dimilikinya institusi yang memadai. Pekerjaan rumah yang satu ini hingga sekarang belum terselesaikan.
Banyak yang mengasumsikan ketiadaan entitas itu karena Muhammadiyah lebih berkonsentrasi merawat aset-aset dan amal usahanya.
Kehadiran industri media massa rasanya dibutuhkan Muhammadiyah yang makin matang dengan gerakan dan pengaruhnya di negeri ini.
Industri media massa itu bisa tercipta melalui tangan-tangan kreatif. Mereka yang mampu melahirkan karya-karya inovatif dan berkualitas yang bisa dinikmati khalayak luas.
Selain itu, industri media massa yang dibutuhkan Muhammadiyah harus mampu menciptakan regenerasi agar siklus organisasi bisa berjalan berkesinambungan. Juga berkomitmen dengan manajemen yang memiliki tujuan yang jelas dan terukur.
Berkolaborasi dengan baik melalui aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta penetapan tujuan. Dengan manajemen yang baik tentu akan melahirkan produk dan kebijakan yang baik pula.
Lahirnya industri media massa  sangat berguna untuk melayani kepentingan umat. Juga sebagai media dakwah, penyebaran informasi, kontrol sosial, peneguhan nilai-nilai keislaman, dan memberdayakan umat.
Dalam sejarahnya, Muhammadiyah adalah organisasi otonom yang concern dengan dakwah. Hal itu bisa didefinisikan dengan spirit amar makruf nahi mungkar, yakni penyebarluasan ajaran atau paham. Sementara industri media massa merupakan instrumen untuk penyebarluasannya.
Ada beberapa catatan yang mesti dilihat. Pertama, hingga kini, perhatian Muhammadiyah terhadap industri media massa masih berkesan konvensional. Kalau pun Muhammadiyah punya produk belum dioperasionalkan secara profesional.
Pengelolaannya masih mengandalkan dukungan dan sokongan dari anggota dan simpatisan dengan membangun ikatan-ikatan komunal. Hal ini sebagai upaya merekatkan mereka agar bisa mendukung media Muhammadiyah, baik yang bersifat official maupun afiliasi.