Dari mana munculnya lontaran tersebut? Tentu yang terbanyak dari warga dan simpatisan Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Indonesia maupun di luar negeri. Baik dari kalangan muda maupun senior.
Kenapa? Karena mereka cemas atas kesiapan Muhammadiyah menghadapi pertarungan informasi global. Mereka peduli karena merasa memiliki dan mengerti Muhammadiyah, bukan hanya sebagai organisasi secara administratif, tapi juga dalam perspektif yang lebih luas.
Yakni, Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan keagamaan yang di dalamnya terkandung sistem keyakinan (religious movement), pengetahuan (knowledge), dan praktik-praktik aktivitas (practices activity) yang mengarah pada tujuan (goal) yang dicita-citakan. (Haedar Nashir, Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah, 2006).
Kecemasan warga dan simpatisan Muhammadiyah itu juga lantaran mereka merasa ngeman (tidak rela). Banyak praktik baik dan isu seputar Muhammadiyah yang tidak terkaver secara luas.
Banyak sikap Muhammadiyah yang tidak diketahui publik secara utuh dan komprehensif. Baik yang disampaikan secara personal dan organisasi.
Kita sungguh bisa memahami kecemasan tersebut. Pasalnya, Muhammadiyah yang sudah teruji dan terbukti punya sayap kuat dan kokoh dalam mengelola amal usaha, sampai sekarang masih belum optimal menyajikan dan memenuhi kebutuhan informasi yang sejalan dengan visi, misi, pikiran dan gagasan besar Muhammadiyah.
Ya, media massa yang memiliki kekuatan besar untuk mendorong dan mempengaruhi kebijakan publik. Yang menggerakkan perubahan sosial ke arah yang lebih baik.
Dulu, era 90-200-an, beberapa pimpinan wilayah dan pimpinan daerah Muhammadiyah di Indonesia melakukan upaya kreatif dengan menerbitkan media.
Kala itu masih dengan format cetak, Â seperti buletin, tabloid, dan majalah. Selain informasi, media-media itu juga menyuarakan kepentingan dan sikap Persyarikatan.
Akan tetapi, belum satu pun yang dikelola secara baik dan profesional. Hanya mengandalkan kekuatan anggota yang akan mendukung dengan membeli.
Dalam perjalanan, media-media Muhammadiyah itu tidak tumbuh, bahkan berkecenderungan layu. Ada yang mati suri, tidak bisa terbit berkala, ada juga yang tenggelam alias tidak terbit lagi.