Kick off ditandai dengan digelarnya Festival Peneleh, 7-9 Juli 2023. Berbarengan dengan event Java Coffe Culture yang diselenggarkan di Tunjungan, lokasinya tak jauh dari Peneleh.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki dijadwalkan hadir membuka Festival Peneleh. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga dijadwalkan hadir.
Ada banyak acara yang akan digelar di momen tersebut, ada teatrikal Soerabaja Tempoe Doeloe, Pasar Rakjat dan Layar Tanjap, Heritage Track, dan masih banyak lainnya.
***
Penetapan Peneleh menjadi wisata bersejarah bukan tanpa alasan. Pasalnya, Peneleh menjadi kawasan penting di Surabaya. Disebut banyak kalangan sebagai situs kebangsaan.
Kawasan ini menyimpan jejak sejarah panjang. Satu-satunya kawasan memiliki catatan sejarah empat masa, yakni Masa Majapahit, Masa Kolonial, Masa Pergerakan, dan Masa Kemerdekaan.
Di Peneleh ada Rumah HOS Tjokroaminoto. Rumah yang menjadi kos Bung Karno saat remaja. Disebut sebagai dapur nasionalisme. Rumah HOS Tjokroaminoto juga dipakai perteemuan para tokoh muda perintis kemerdekaan bangsa. Selain Soekarno ada Kartosoewirjo, Semaoen, Musso, dan Alimin. Rumah tersebut ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya.
Rumah kelahiran Bung Karno juga ada di situ, di Pandean IV. Rumah tersebut telah disulap menjadi museum. Ini setelah rumah tersebut dibeli Pemerintah Kota Surabaya, tahun 2020. Juga telah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya bersejarah.
Di Kampung Peneleh juga ada Masjid Jami, masjid tertua peninggalan Sunan Ampel alias Raden Mohammad Ali Rahmatulloh. Masjid tersebut dibangun sekitar abad 18, 1430 Masehi. bangunannya masih asli. Masjid ini menjadi saksi serangan bom Belanda di era kolonial.
Masih ada lagu, Sumur Jobong. Lokasinya di Pandean I. Ditemukan pada saat ada proyek gorong-gorong, akhir Oktober 2018. Temuan Sumur Jobong menunjukkan bahwa kawasan Peneleh adalah kampung kuno yang sudah ada di era Majapahit, bahkan sebelum Majapahit.