Ada yang berbeda di Peneleh, Surabaya, belakangan ini. Kawasan tersebut terlihat lebih bersolek. Deretan lampu klasik kini mulai dipasang dan membuat jalanan terang benderang di malam hari.
Jalan-jalan yang semula berlubang di Peneleh kini sudah diasapal. Lebih mulus. Sepanjang trotoar juga dipenuhi tanaman hingga terlihat lebih hijau nan asri.
Beberapa bangunan di sepanjang jalan juga sudah dicat lebih terang. Kebanyakan kombinasi warna merah dan putih. Di beberapa kampung juga dihiassi aneka mural dengan tema kebangsaan dan perjuangan.
Jauh sebelumnya, Pemerintah Kota Surabaya juga membuka dermaga baru. Lokasinya di dekat Jembatan Peneleh. Dermaga itu juga sudah dioperasikan untuk mendukung wisata air Kalimas.
Satu Lagi, Makam Belanda Peneleh. Meski belum sepenuhnya diperbaiki, keberadaannya makam seluas 6,4 hektar tersebut kini jauh telihat lebih bersih.
Lho, ada apa dengan Peneleh? Ya, Peneleh itu bakal dijadikan kawasan pengembangan wisata berbasis sejarah (heritage). Boleh dibilang yang pertama di Kota Pahlawan.
Ide menjadikan kawasan wisata itu datang setelah melihat banyaknya kegiatan yang berlangsung di Peneleh. Dari diskusi, penelusuran, maupun jalan-jalan sejarah.
Yang paling menonjol tentu keberadaan Perkumpulan Begandring Soerabaia. Komunitas sejarah dan budaya ini getol melakukan edukasi, advokasi, dan rekreasi yang mengundang banyak orang untuk datang ke Peneleh. Banyak sekolah, kampus, dan lembaga lain datang ke Peneleh.
Kunjungan wisatawan pun mengalir. Bukan dari Surabaya dan Jawa timur, tapi juga beberapa kota di Indonesia. Bahkan, tak sedikit wisatawan mancanegara yang hadir di sana.
Tingginya intensitas dari kegiatan tersebut rupanya mengundang perhatian banyak kalangan. Hingga, Pemerintah Kota Surabaya bersama Bank Indonesia sepakat menjadikan Peneleh dianggap layak dikembangkan untuk dijadikan kawasan wisata sejarah.