H.I.M: Kebetulan dulu sempat magang di surabaya jadi sedikit paham permasalahan yg dialami THR. Semoga ada perbaikan yg positif ya pak
Hanif Sofyan: ada ruang unutk berekepresi lagi bagi para seniman-semoga terlaksana, ulasan menarik Mas Agus, salam literasi;)
***
Nuansa budaya kurang hadir di Surabaya. Perhatian kota ini banyak ditujukan dalam urusan seperti infrastruktur, kebersihan, taman, dan bisnis.
Argumen tersebut agaknya bisa diterima. Karena Surabaya menjadi kota jasa dan perdagangan yang kelewat sibuk dengan pemenuhan kebutuhan hidup alias periuk nasi.
Sejak era Tri Rismaharini, Surabaya banyak membangun jalan besar. Di antaranya Middle East Ring Road (MERR), dan Frontage Road yang kemudian menumbuhkan geliat ekonomi dan membuat tanah-tanah di sekitarnya menjadi mahal.
Tahun 2023 ini, Pemerintah Kota Surabaya masih membangun jalan baru. Yakni, radial road dan proses pengerjaan Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB), Jalan Lingkar Luar Timur (JLLT).
Data yang disampaikan di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM) Kota Surabaya 2023, rata-rata per tahun mulai 2016-2020, ada penambahan jalan sepanjang 6,25 km di Surabaya.
Potret kota itu pada akhirnya perdampak pada keringnya aktivitas budaya. Banyak budaya di Surabaya yang sulit berkembang dan nyaris hilang ditelan zaman.
Akhir tahun 2022 lalu, saya ikut menyusun buku Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Surabaya. Diterbitkan oleh Dinas Perpustaan dan Arsip (Dispusi) Kota Surabaya.