Pun saya juga sering lewat di depan Rumah Abu Han. Karena lokasinya sering menjadi jalur yang saya lewati. Rumah saya di Jalan Simolawang, hanya sekitar 3 km dari Rumah Abu Han.
Harian Radar Surabaya, di mana saya pernah 15 tahun bekerja di sana, sekarang menempati bangunan tua di Kembang Jepun. Jaraknya hanya seratus meter dari Rumah Abu Han.
***
Saya tentu gembira sekaligus mengiyakan ajakan Nanang Purwono. Dia seorang jurnalis senior, sekarang menjadi ketua Begandring Soerabaya. Pascapensiun dari salah satu TV swasta di Jawa Timur, Nanang aktif sebagai pegiat sejarah. Dia gigih melakukan penelusuran dan penelitian sejarah dan budaya.Â
Kedatangan kami ke Rumah Abu Han masih berkaitan dengan Imlek 2023. Di mana Begandring Soerabaia bakal mengadakan kegiatan Surabaya Urban Track (Subtrack), program jelajah sejarah, Minggu (22/1/203) pagi.
Program ini diadakan sejak 2019. Sudah banyak kalangan mengkuti kegiatan ini. Bukan hanya dari Surabaya, tapi luar daerah bahkan dari luar negeri. Beberapa komunitas disabilitas juga pernah mengikuti jalan-jalan sejarah ini.
Di awal 2023 ini, kawasan Pecinan menjadi tema Subtrack. Dalam kegiatan ini, pesertanya akan diajak menyisir dan menguak jejak Tionghoa peranakan di Surabaya. Di mana salah satu objek yang dikunjungi adalah Rumah Abu Han.
Saya juga ingin mengeksplor Rumah Abu Han itu. Karena tidak semua orang bisa seenaknya berkunjung ke rumah tersebut. Untuk masuk Rumah Abu Han harus mengantongi izin dari Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (DKKOP) Kota Surabaya.
"Kita tunggu di sini dulu. Pak Robert Han bersama keluarganya masih sembayang," kata Nanang saat bertemu saya di ruang depan Rumah Abu Han.
Tak lama, seorang cowok tinggi bertubuh subur keluar. "Silakan masuk," katanya ramah.