Macetnya pembangunan itu membawa hikmah tersendiri. Pasalnya, para pengurus yayasan bisa melakukan konsolidasi internal. Tak terkecuali menyangkut pemenuhan kebutuhan anggaran untuk pembangunan gedung baru Madrasah Mufidah.
"Dua tahun lebih kami tidak bisa merelisasikan pembangunan itu," tutur Iqbal
Kerap Tekor
Selain menyiapkan pembangunan gedung sekolah baru, pengurus Yayasan  Madrasah Mufidah juga mengurus legalitas dan perizinan. Khususnya untuk Sertifikat Hak milik (SHM) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Untuk SHM, pihak yayasan masih menunggu hasil dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) setelah memenuhi segala persyaratan yang dibutuhkan. Begitu pun dengan IMB yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya.
"Insya Allah IMB-nya kelar dulu. Sehingga kita bisa segera memulai pembangunan," tandas M. Iqbal Qurusy.
Dia menuturkan, pihak yayasan mengandalkan donatur dan simpatisan untuk membangun gedung sekolah baru itu.
"Kami tidak mau minta-minta ke instansi-instansi. Pasti ada jalan untuk menyelesaikan pembangunan, entah dari mana asalnya. Ini baitullah," cetus dia tanpa menyebut nilai pembangunan gedung sekolah baru.
Optimisme tersebut, terang dia seperti pengalaman selama ini. Di mana, pihak yayasan kerap dilaporan kekurangan untuk menutup kebutuhan operasional sekolah, seperti gaji, pembelian ATK, biaya listrik, biaya air, dan lain sebagainya. Ibaratnya besar pasak daripada tiang. Sekolah tak bisa memenuhi kebutuhan operasional hanya dari mengandalkan uang SPP para siswanya.
"Kita sering dilapori kepala sekolah kalau masih kurang dana, ya kita carikan. Biasanya setelah laporan saya janjikan tunggu dua tiga hari, dan alhamdulillah bisa teratasi," tandas Iqbal.