Saya ceritakan kondisi Madrasah Mufidah yang sangat butuh bantuan. Karena saya tahu distribusi bantuan yang diberikan Lazismu bukan hanya kepada warga maupun institusi milik Muhammadiyah saja. Tapi kepada masyarakat atau lembaga yang membtuhkan dan dianggap layak  menerima bantuan.Â
"Silakan bikin surat, Mas. Lazismu siap membantu," tandas Zainul. Â
"Lebih bagus kalau disampaikan langsung ke PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah)-nya," imbuh pria yang menamatkan studi di Fakultas Kedoteran Hewan IPB itu.
Pembicaraan via handphone dengan Zainul Muslimin tersebut didengar langsung oleh Mizan. Termasuk terkait perlunya membuat surat pengajuan bantuan.
Mizan bergeming seraya bilang, "Sejak dulu kami tak terbiasa minta sumbangan. Tidak bikin surat atau proposal."
"Kami punya prinsip in tanurullha yanurkum wa yuabbit aqdmakum," timpal dia. Yang dimaksud Mizan adalah, "Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS Muhammad: 7).
Dikatakan Mizan. Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) pernah memberikan bantuan meski Madrasah Mufidah tidak mengajukan surat bantuan. Bantuan dari YDSF bukan berupa uang, tapi sarana dan prasarana sekolah. Pemberian bangku, meja, almari, dan lain sebagainya. Juga bantuan pengajaran  membaca Alquran dengan metode Ummi.
Lembur Les-Lesan
Pembiayaan pendidikan di Madrasah Mufidah memang sangat terbatas. Hingga sekarang, operasional madrasah tersebut seratus persen mengandalkan pemasukan SPP para siswanya.
Jika seluruh siswa TK dan SD membayar penuh SPP sebesar Rp 75 ribu, pendapatan madrasah sebesar Rp 23.625.000 sebulan. Padahal sekitar 25 persen siswanya tidak bayar penuh, yakni sebesar Rp 25 ribu per bulan.