"Saya membantu guru-guru di sini. Banyak guru butuh bimbingan. Terutama mereka yang berjuang untuk mendapatkan sertifikasi. Alhamdullillah, hingga sekarang sudah ada 5 dari 15 guru yang telah mendapatkan sertifikasi," ungkap alumnus Fakultas Ilmu Agama dan Dakwah (FIAD) Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
Keluarga Santri
KH Mas Masur Lahir di Surabaya, 25 Juni 1896. Tepatnya di Kampung Sawahan (Kampung Baru Nur Anwar) yang kemudian terkenal dengan Jalan Kalimas Udik IC/4, Surabaya. Rumah yang pernah ditempati Mas Mansur itu kini tersebut sudah berpindah tangan. Bagian depan rumah juga nampak telah direnovasi. Â
Mas Mansur adalah putra pasangan suami istri, Kiai Mas Ahmad Marzuqi dan Raulah (Raudlah). Kiai Mas Ahmad Marzuqi adalah seorang ahli agama terkemuka di Jawa Timur dan Madura. Dia juga seorang pioner Islam dari Pesantren Sidosermo Surabaya.
Di Sidosermo hingga kini berdiri sejumlah madrasah dan sekolah Islam. Sedikitnya ada 30 pondok pesantren di Sidosermo. Selain menempati bangunan yang sengaja dirancang sebagai pondok, kegiatan nyantri di Sidosermo ini juga bertempat di rumah-rumah warga.
Sementara Roudlah adalah putri keenam dari 14 cucu H Abdul Latief Sagipuddin, karib dipanggil Gipo, seorang saudagar kaya. Dari silsilahnya, Roudlah termasuk keturunan campuran Minangkabau, Surabaya, dan Makassar. Â Â Â
Syafullah dalam bukunya KH Mas Mansur Sapukawat Jawa Timur (2005), mengungkapkan  Mas Mansur dilahirkan dari keluarga santri. Masa kecilnya dilewati dengan belajar agama kepada ayahnya di langgar.
Mas Mansur sempat mondok di Pesantren Sidoresmo yang diasuh Kiai Muhammad Thaha. Ketika berusia sepuluh tahun, tepatnya tahun 1906, Mas Mansur diantar ayahnya mondok di Pesantren Demangan, Bangkalan, Madura. Di pesantren ini dia belajar ilmu Alquran.
Mas Mansur seorang rakus membaca. Dia selalu bergairah terhadap ilmu. Mas Mansur belajar Kitab Alfiyah karya Ibnu Malik dan dibimbing langsung oleh Kiai Kholil. Dua tahun dia mondok di Demangan. Sejak Kiai Kholil wafat, dia memutuskan pulang ke Surabaya.
Dua tahun kemudian, Mas Mansur berangkat ke Mekkah dan menetap di sana untuk belajar ilmu-ilmu agama. Sayang, tak banyak sumber yang mengulas kehidupan Mas Mansur saat di Mekkah. Yang pasti, dia hanya tinggal di sana selama dua tahun.