Plakat Madrasah Mufidah masih teronggok di gapura Gang Kalimas Udik 1C, Nyamplungan, Surabaya. Tidak kelewat terawat. Catnya sudah nampak lusuh karena terbedaki debu. Hanya tulisannya masih terbaca jelas.
Gang selebar satu meter tersebut merupakan akses menuju lembaga pendidikan formal yang didirikan KH Mas Mansur. Tokoh besar yang dimiliki Muhammadiyah. Seorang ulama dan pahlawan nasional. Juga perintis berdirinya Muhammadiyah Surabaya dan sekitarnya, hingga dia menjadi pimpinan pusat.
Jumat (3/8/2022) pagi, saya berkunjung ke Madrasah Mufidah. Madrasah tersebut berada di perkampungan padat huni. Dekat dengan Pasar Pabean dan Masjid Ampel, masjid tertua di Jawa Timur yang memiliki sejarah panjang.
Di depan bangunan sekolah ada dua tenda berukuran 3x3 meter. Selain dipakai parkir kendaraan bermotor, tenda tersebut juga biasa dipakai tempat berteduh para perempuan yang menunggu anak-anaknya bersekolah.
Bangunan Madrasah Mufidah terdiri dari dua lantai. Di lantai satu, selain ada beberapa kelas, juga ada Masjid Taqwa. Jamaahnya dari warga yang tinggal di sekitar madrasah.
Bangunan madrasah ini masih tampak orisinal. Belum pernah dipugar. Lantai dua madrasah masih menggunakan kayu jati yang terlihat masih kuat. Sayang, tembok dan atapnya terlihat kusam.
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, para guru memasang sekat dengan papan. Di lantai dua, para siswa duduk nglempoh beralaskan karpet.
"Hari ini, para siswa yang belajar di lantai gak pakai bangku. Duduknya di bawah. Karena tempat ini nanti akan dipakai Jumatan," ujar Mizan Lazim (62 tahun), penasihat pendidikan di Madrasah Mufidah, lalu menujukkan tumpukan bangku di lantai dua.
Mizan telah mengabdi menjadi guru di Madrasah Mufidah selama 37 tahun, sejak tahun 1985. Dia pernah menjabat kepala sekolah mulai tahun 1993 sampai 2021. Meski sudah pensiun, tenaga dan pikiran dia masih sangat dibutuhkan.
Di lantai dua, ada ruangan yang ditempati Mizan, kepala sekolah, dan para guru. Kedua ruangan tidak kelewat besar. Berukuran sekitar 3x4 meter persegi, dan disekat dengan triplek. Tidak banyak piranti dan peralatan penunjang pendidikan yang tersedia di kantor. Yang nampak beberapa almari, kursi, dan rak buku. Ada AC yang dipasang di tengah sekat untuk memenuhi dua ruang yang saat itu keadaannya tidak menyala.