Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Jadi Kota Surabaya "Digugat", Kenapa?

24 Mei 2021   20:55 Diperbarui: 26 Mei 2021   08:03 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balai Kota Surabaya.foto:dok humas pemkot surabaya

***

Gedung Siola.foto:okezone
Gedung Siola.foto:okezone

Suatu ketika, saya terlibat perbincangan dengan Suparto Brata (kini sudah almarhum). Salah satu saksi sejarah dan ikut menjadi tim khusus melacak jejak dan fakta Hari Jadi Kota Surabaya.

Suparto Brata dikenal sebagai penulis hebat dan produktif. Karya-karyanya berupa cerpen, novel, dan roman sudah banyak yang dibukukan. Buku-buku berbahasa Indonesia sebagian besar diterbitkan Gramedia. Sementara buku berbahasa Jawa lebih banyak dibiayai sendiri alias indie label.  

Ada ratusan buku karya Suparto Brata. Buku-buku itu ditulis Suparto cukup tebal, ada 400 halaman, ada 600 halaman lebih. Di antaranya yang sempat diresensi media dan mendapat apresiasi pembaca adalah Saksi Mata, Saputangan Gambar Naga, Kerajaan Raminem, Dom Sumurup Ing Banyu, Mencari Sarang Angin, Kremil, Gadis Tangsi, Pawesti Tanpa Identiti, Donyane Wong Culika, Geger Jayacaraka,  dan Rupublik Jungkir Balik.

Menurut pengakuan Suparto Brata, masa itu, Wali Kota R. Soekotjo sangat concern dengan fakta-fakta sejarah. Dia juga dikenal sangat terbuka terhadap masukan dan kritik.

Soekotjo dikenal dekat dengan semua lapisan masyarakat. Tak  terkecuali dengan para sejarawan, budayawan, dan wartawan. Soekotjo sering terlibat diskusi serius dengan mereka.

Bahkan, Soekotjo kerap mengundang mereka ke rumahnya untuk membicarakan banyak hal. Termasuk saat melacak jejak sejarah penetapan Hari Jadi Kota Surabaya.

"Pak Kotjo orangnya terbuka dan ramah. Kami sering diundang ke rumahnya untuk mendiskusikan masalah-masalah penting terkait Surabaya," tutur Suparto Brata yang semasa hidupnya pernah menjadi wartawan dan PNS itu.

Suparto menuturkan jika Surabaya belum banyak mendokumentasikan secara baik tentang sejarah. Itu bisa ditelisik, berapa banyak dokumentasi yang merekam peristiwa monumental di Surabaya? Tidak banyak.   

Suparto lalu menyodorkan tiga buku yang ditulis peneliti Belanda. Yakni, Revolutie in Soerabaja karya W. Mellbuijsen (2000), Macaber Soerabaja 1945 karya Richard L, Kloesan (2004), dan Bersiap! (Opstand in Het Paradijs) karya DR. HTMBussemaker. Buku-buku tersebut sudah dicetak dan disebarkan ke penjuru dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun