Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mercon Bumbung, Kopling, dan Keusilan Saat Ramadan

19 April 2021   19:12 Diperbarui: 21 April 2021   06:26 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: goodnewsfromindonesia.id

Ramadan juga membuat kami lebih dekat dengan masjid. Banyak aktivitas yang kami lakukan di masjid. Membantu bersih-bersih, membersihkan keramik tempat wudlu, menjemur karpet, menata perpustakaan, dan lainnya.   

Usai Subuh, kalau tidak ada ceramah, saya melanjutkan membaca Alquran. Saat masih duduk kelas 6 SD (sekolah dasar), saya sudah menamatkan membaca Alquran. Di usia itu, saya juga diajari oleh para ustad untuk adzan.   

Sebelum adzan Maghrib, saya membantu menyiapkan takjil dan buka puasa. Biasanya, saya menerima kiriman makanan dan minuman dari warga. Kolak, teh manis, es sirup, es buah, dan lainnya. Juga menu gorengan, pisang goreng, ote-ote, tahu isi, plus nasi bungkus. Menu-menu tersebut juga disisihkan untuk tadarus.

Ketika Ramadan, saya juga sering tidur di masjid. Bukan di ruang utama, tapi bangunan di sampingnya yang biasa dipakai untuk mengaji. Aktivitas itu juga dilakukan banyak anak-anak seusia saya dan juga orang dewasa. Setelah Tarawih, lalu dilanjutkan tadarus, malam hari tidur di masjid beralas karpet.

Lha, ketika tidur di masjid itu, keinsengan dan kejahilan teman-teman saya muncul. Mengerjai teman-temannya yang sudah tidur. Modelnya kami sebut "kopling". Entah siapa dan dari mana nama itu muncul. Yang jelas, kalau sudah kena kopling pasti gibras-gibras.

Kopling ini dilakukan dengan membakar kayu kecil pada korek api. Hasilnya pembakarannya kemudian ditempelkan di sela-sela jari kaki. Setelah itu dibakar. Seperti sumbu bom, lamat tapi pasti, pembakaran merambat. Hingga akhirnya menyentuh kulit. Rasanya, duhh, menyengat, panasss...

Mereka yang kena kopling pasti bangun dan mengibas-ngibaskan kakinya. Jika demikian, anak-anak yang ngerjai pada pura-pura tidur biar tidak dituding yang meng-kopling. Padahal dalam kepura-puraan tidurnya mereka tertawa cekikikan.

Kenakalan itu kami ceritakan ketika sudah dewasa. Terutama saat sama-sama kembali ke kampung saat Lebaran. Kami pun membongkar rahasia, siapa yang kena kopling dan siapa melakukan. Termasuk aksi menyalakan mercon bumbung. Nostalgia itu benar-benar membuat hati kami bahagia. (agus wahyudi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun