Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Bos Lab Klinik yang Dulu TU SMP Muhammadiyah

1 Juli 2020   13:17 Diperbarui: 3 Juni 2021   13:00 4602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika itu, semua uang saku tidak dipakai sedikit pun, melainkan diumpulkan istrinya. Hingga suatu saat setelah dihitung jumlahnya lumayan besar.

Masa itu, Sulthon Amien dan istrinya ingin membangun masjid. Mereka kemudian menemui keluarga di Grogol, Tulangan. Uang saku yang dikumpulkan itu sedianya mau dipakai untuk membangun masjid. Namun belum cukup. 

Karena lahannya belum ada. Saat itu, Sulthon Amien ingat punya rumah warisan yang dijual tapi gak laku-laku. Rumah itu kemudian dibongkar dan dijadikan masjid.    

Relasi bisnis dan filantropi juga menjadi perhatian Sulthon Amien. Dia lantas mengutip ayat, "Y ayyuhallana man hal adullukum 'al tijratin tunjkum min 'abin alm. (Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? Quran Surat As-Shaff Ayat 10)

Pertanyaannya, mengapa Allah mengajak berbisnis kepada seorang muslim bila ingin masuk surga? Kata dia, pebisnis itu punya mindset jika hidup tak punya pensiun, kerja keras, kerja cerdas, dan berkualitas. Mampu me-manage, mengelola usaha dengan bagus. Bisa hidup sampai regenerasi ke regenerasi.

"Kalau dulu, ada yang mengatakan begini: bisnis itu modal sedikit labanya besar, itu bisnis apa. Gak ada. Rugi pun bisnis masih bisa dilakukan asal roda masih bisa berputar," katanya.

Tak hanya itu, imbuh Sulthon Amien, konsistensi alias istiqamah sangat dibutuhkan dalam merawat bisnis. "Kenapa orang berbisnis dari generasi pertama berhasil, generasi kedua habis, apalagi di generasi ketiga? 

Karena tidak menjaga kualitas. Orang beribadah itu  harus menjaga kualitas," ujar pria yang menyelesaikan pendidikan doktornya di UGM ini.

Kini, sebagai bentuk rasa syukur, Sulthon Amien ingin terus menjadi bagian dari pemberdayaan masyarakat yang jauh lebih luas. Dia telah membentuk Yayasan Seribu Senyum. 

Lembaga filantropi yang menggalang dan mengelola dana sosial melalui program pemberdayaan masyarakat berbasis kampung. Dengan pelembagaan ini impact-nya diharapkan jauh lebih besar. Bisa membantu banyak kaum papa yang membutuhkan. (agus wahyudi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun