Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Bos Lab Klinik yang Dulu TU SMP Muhammadiyah

1 Juli 2020   13:17 Diperbarui: 3 Juni 2021   13:00 4602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulilah, bisnis laboratorium medis miliknya mengalami perkembangan signifikan. Meski pada perjalanan ada kendala, ujian, dan tantangan, Sulthon Amien menjalani dengan istiqamah.

Dalam berbinis, Sulthon Amien punya tiga pandangan. Pertama, berdedikasi tinggi terhadap apa yang dijalankan. Dedikasi berupa komitmen, kecintaan, atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.

Kedua, memiliki determinasi. Artinya, kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, dan pantang menyerah.

Ketiga, inovatif alias berpikir beda dengan orang lain. Orang -orang sukses memakai jalan, cara, atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada umumnya. Jadi inovator dan trendsetter.

Di laboratorium klinik miliknya, Sulthon Amien mewajibkan semua memberi pelayanan terbaik. Dari hal kecil sampai yang besar. Seperti dia selalu mewanti-wanti agar tidak ada "kasus" darah klien yang tidak diperiksa dan disimpulkan sudah sehat dan normal. Sementara yang diperiksa hanya darah yang keruh saja.

***

Ketika bisnis makin membesar dan menggurita, Sulthon Amien tak pernah mengesampingkan kegiatan filantropi. Dia yakin manusia takkan bisa menjamah kapan datangnya rezeki. Kendati dia tahu secara kalkulatif akan mendapat keuntungan.

Menghitung hasil bisnis bukan seperti matematika. Banyak faktor yang mempengaruhi. Bisnis yang sukses adalah bisnis yang menemukan keseimbangan antara tanggung jawab ekonomi, sosial, dan lingkungan.

"Kegagalan di bisnis pasti ada. Tapi jika bisnis lancar-lancar saja, saya justru merenung, apakah Allah sedang ngujo (menguji) saya," tutur dia.   

Sulthon Amien menginsyafi jika kekayaan adalah titipan. Harta sejati itu yang disedekahkan. Allah mengukur seberapa besar yang dibelanjakan milikmu. Baginya, tidak ada orang yang miskin lantaran mau berbagi dan bersedekah. 

Pengalaman dirinya pun bisa menjadi pelajaran. Ketika sudah menjadi pebisnis, Sulthon Amien masih sering diundang untuk ceramah di masjid. Pulang ceramah dia acap diberi uang saku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun