Pernah saya mengejar berita eksklusif hingga menunggu Amien Rais di Bandara Juanda. Ketika itu, hanya saya dan Adi Sutarwijono (jurnalis Surya yang sekarang jadi ketua DPRD Surabaya) bisa masuk di ruang VIP Bandara Internasional Juanda.
Saat itu, Amien Rais bicara banyak hal soal kondisi bangsa mutakhir. Microcassette voice recorder saya letakkan di dekat kursi duduk Amien. Saya tak tahu kalau pembicaraan itu off the record. Hingga Amien tahu kalau ada yang merekam. Amien gak marah. Dengan bahasa sopan, dia hanya meminta rekaman dihapus. Â
***
Ketika Amien Rais sudah menjadi Ketua Umum PAN, saya berkenalan dengan Hanafi Rais. Perkenalan itu membuahkan pertemuan dan diskusi. Hingga akhirnya, Hanafi mengajak membentuk kelompok diskusi. Namanya, Jaringan Intelektual Muda Indonesia (JIMI).
Ada beberapa orang yang terlibat di kepengurusan JIMI. Di antaranya A. Hermas Thony (sekarang Wakil Ketua DPRD Surabaya). Charles Meikyansah (kini anggota DPR RI), Anna Lutfi (eks anggota DPRD Jatim, adik Anas Urbaningrum), Windiarto Kardono (kini Wasekjend PAN), dan saya diplot menjadi sekjen.
Salah satu kegiatan JIMI adalah menggelar diskusi tentang bertajuk "Pemilu dan Demokratisasi Indonesia" di Surabaya. Yang menjadi pembicara, Prof. Ichlasul Amal (guru besar UGM) dan Haryadi (dosen Unair).
Di mata saya, Hanafi sosok yang sederhana dan humble. Bicaranya datar, tidak meledak-ledak. Agak berbanding terbalik dengan sosok ayahnya yang sangat retorik dan lugas. Hanafi juga lebih terkesan sosok pendiam. Orang yang rakus membaca buku. Punya pengetahuan tentang politik dan tata kelola pemerintah yang luas.
Saya memprediksi, Hanafi memang dipersiapkan Amien Rais untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan di PAN. Hanafi adalah anak ideologis dan biologis PAN. Bekal keilmuannya cukup bagus. Hanya butuh pengalaman dan jam terbang. Dan peluangnya makin terbuka setelah dia terpilih menjadi anggota DPR RI. Raising star-lah.
Namun kenyataan berkata lain. Hanafi memilih mundur. Alasannya, seperti yang ditulis dalam surat, pasca Kongres PAN pada Februari 2020, dia memiliki harapan PAN bisa menegakkan prinsip keadilan, menjaga keutuhan, dan kebersamaan kader. PAN, menurut Hanafi, telah melewati kongres yang sarat kekerasan dan mencoreng wajah partai.
Hanafi juga menyatakan mundur karena berbeda prinsip dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Dia kini benar-benar di barisan pembela ayahnya, Amien Rais. Meski adiknya, Mumtaz Rais, tidak sependapat dengan langkah Hanafi dan memilih tetap di PAN.
Isu partai politik baru akan didirikan Amien Rais bakal terus menggelinding. Ada yang yakin Amien Rais bakal mendeklarasikan partai baru karena kecewa dengan PAN. Namun ada pula yang meragukan karena Amien Rais kelewat mencintai PAN.