Suara Bobby terdengar parau. Saat menyanyikan bait demi bait lagu yang populer di era 70-an. Dia merasa sangat nostalgik. Teringat kenangan sekaligus luka. Memutar memori masa lalu. Membuat dirinya menjadi melankolis. Â
Kukenal dirimu waktu kau di sampingku/Ku ucapkan janji setiaku kepadamu
Kepadamu sayangku iniÂ
Tak pernah kusangka janji tak terpenuhi/Pengertian mu slalu ku harapkan oh sayang/Sayang sayang sayang oh sayangku...
Bobby hapal benar lirik lagu ini. Yang diilhami kisah nyata yang dialami Ucok, penyanyi dan pencipta lagu tersebut. Bobby merasa syahdu tiap kali menyanyikan. Bahkan sangat emosional. Pada reffrein akhir, suaranya terdengar patah-patah. Tanpa sadar, matanya pun pun berair.
Semuanya ini menimpamu karna aku/
Badai Bulan Desember/
Desember...
***
Pandum menunjukkan pukul 01.40. Pelataran Balai Pemuda masih basah. Sebagian lagi terlihat tergenang. Sisa hujan semalam yang menghajar tempat bersejarah yang bercokol bangunan beberapa cagar budaya. Desir angin menerjang tubuh. Beriringan dengan daun-daun angsana yang rontok.
Bobby merapatkan jaket parasitnya. Dia berdiri tepat di depan panggung. Dini hari ini, dia harus mengawal kerja beberapa crew jelang digelarnya Reborn Rock. Konser tahunan yang dihelat Simpangsche Societeit, komunitas yang digawangi banyak talenta, dari para musisi, pencipta lagu, penulis, dan jurnalis.
Riders masih di tangan Bobby. Dia check list semua piranti yang telah disepakati panitia dan pengisi acara. Bobby harus memastikan semua kelar sebelum Subuh. Karena jam delapan pagi harus ada sound check sebelum konser digelar.  Â
"Mas, sound monitor agak ke tengah. Drum set geser ke samping dikit. Yak, oke," lontar Bobby memandu crew panggung.
Suara adzan Subuh terdengar merdu dari Masjid As Sakinah. Lokasinya hanya beberapa meter dari venue. Bobby menanggalkan pekerjaannnya. Dia bergegas ke masjid, mengambil air wudlu, lalu salat sunnah dua rakaat sebelum salat Subuh.