Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Mengenang Desember

10 Maret 2020   18:43 Diperbarui: 12 Maret 2020   16:32 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi legenda musik. (sumber: Pixabay.com/hudsoncrafted)

Bobby benar-benar ingin menyendiri, sore ini. Mengurung diri di kamar, rebahan di kasur pakai kaus oblong dan sarung. Menenggelamkan diri dalam alunan musik. 

Seperti kebiasaan dia mengusir kesuntukan, memasang earphone yang disambungkan ke smartphone-nya. Ia nikmati deretan lagu berformat MP3 yang di-download dari aplikasi musik rujukan banyak orang.   

Bobby merasakan turunnya endapan dari otaknya. Seperti embun pagi yang mengumpal bak jerawat, lalu lamat-lamat menetes. Tenang dan halus. Kemudian lenyap disapu mentari.   

Bobby merekatkan jari jemari tangan di rambut ikalnya. Perlahan, ia usapkan berkali-berkali. Sejenak, tangannya terhenti dalam posisi tertindih kepala. Mata Bobby menerawang. Sesekali, ia pejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, menahannya, dan pada hitungan kedelapan ia hembuskan. 

Entah pada menit ke berapa, pikiran Bobby terusik. Saat mengalun Badai Bulan Desember. Lagu milik AKA. Grup band legendaris asal Surabaya. Salah satu lagu favoritnya. Di usianya yang belum genap 18 tahun, Bobby memang punya preferensi berbeda dengan kawan-kawan seangkatannya. Dia biasa bergaul dengan orang-orang yang usianya jauh di atasnya. Pun dalam urusan musik, Bobby lebih banyak tahu band-band legendaris ketimbang yang kekinian.

Bobby kenal lagu-lagu AKA dari koleksi piringan hitam original milik Haryono, ayahnya. Pun sejarah terbentuknya grup ini, Bobby cukup banyak tahu.

AKA yang diambil dari nama Apotik Kaliasin (AKA) di Surabaya, Apotik milik ayah Ucok, Ismail Harahap. Juga personel yang menggawangi AKA, Ucok Harahap (vocal), Soenata Tanjung (gitar), Arthur Kaunang (bas), dan Syech Abidin (drum).

Di antara personel AKA, nama Ucok Harahap paling mendapat perhatian Bobby. Gayanya eksentrik. Penampilannya khas rocker masa itu: gondrong, berkumis lebat, pakai jins ketat, pakai kaus tank top dan sepatu boots.  

Bobby merasa berbeda mendengarkan lagu itu.  "Ada kesan magis dan penuh misteri," begitu perasaan cowok yang membiarkan kumis dan jambangnya tumbuh bak semak belukar. 

Ilustrasi AKA Band. tirto.id/Sabit
Ilustrasi AKA Band. tirto.id/Sabit
Bobby beranjak dari tempat tidurnya. Diraihnya gitar akustik yang tergeletak di samping meja belajar. Gitar pemberian Haryono, ayahnya, saat dia merayakan ultah ke-13 tahun. Sang ayah membeli gitar tersebut dari DMP Musik, toko alat musik tertua di Surabaya. Di toko itu, Haryono kerap bertemu banyak kawan musisi sepantaran dengannya. Haryono cukup piawai memainkan beberapa alat musik. Khususnya gitar, drum, dan piano. Di kesatuannya, Haryono juga mengajar grup campursari.

Tidak kelewat susah bagi Bobby memainkan chord lagu tersebut. Dari intro, reffrain, sampai interlude-nya. Bahkan dia sempat mencoba menurunkan intro setengah nada, dari D ke Db. Kemudian mengembalikan lagi karena merasa kurang cocok dengan vokalnya.

Suara Bobby terdengar parau. Saat menyanyikan bait demi bait lagu yang populer di era 70-an. Dia merasa sangat nostalgik. Teringat kenangan sekaligus luka. Memutar memori masa lalu. Membuat dirinya menjadi melankolis.  

Kukenal dirimu waktu kau di sampingku/Ku ucapkan janji setiaku kepadamu
Kepadamu sayangku ini 

Tak pernah kusangka janji tak terpenuhi/Pengertian mu slalu ku harapkan oh sayang/Sayang sayang sayang oh sayangku...

Bobby hapal benar lirik lagu ini. Yang diilhami kisah nyata yang dialami Ucok, penyanyi dan pencipta lagu tersebut. Bobby merasa syahdu tiap kali menyanyikan. Bahkan sangat emosional. Pada reffrein akhir, suaranya terdengar patah-patah. Tanpa sadar, matanya pun pun berair.

Semuanya ini menimpamu karna aku/
Badai Bulan Desember/
Desember...

***

Pandum menunjukkan pukul 01.40. Pelataran Balai Pemuda masih basah. Sebagian lagi terlihat tergenang. Sisa hujan semalam yang menghajar tempat bersejarah yang bercokol bangunan beberapa cagar budaya. Desir angin menerjang tubuh. Beriringan dengan daun-daun angsana yang rontok.

Bobby merapatkan jaket parasitnya. Dia berdiri tepat di depan panggung. Dini hari ini, dia harus mengawal kerja beberapa crew jelang digelarnya Reborn Rock. Konser tahunan yang dihelat Simpangsche Societeit, komunitas yang digawangi banyak talenta, dari para musisi, pencipta lagu, penulis, dan jurnalis.

Riders masih di tangan Bobby. Dia check list semua piranti yang telah disepakati panitia dan pengisi acara. Bobby harus memastikan semua kelar sebelum Subuh. Karena jam delapan pagi harus ada sound check sebelum konser digelar.   

"Mas, sound monitor agak ke tengah. Drum set geser ke samping dikit. Yak, oke," lontar Bobby memandu crew panggung.

Suara adzan Subuh terdengar merdu dari Masjid As Sakinah. Lokasinya hanya beberapa meter dari venue. Bobby menanggalkan pekerjaannnya. Dia bergegas ke masjid, mengambil air wudlu, lalu salat sunnah dua rakaat sebelum salat Subuh.

Pagi merambat datang. Matahari menyapa. Hangat. Panggung mulai bersih setelah semua crew menepi. "Sarapan sebentar lagi datang. Silakan yang mau istirahat. Setengah delapan kita siap."

Binar mata Bobby menyala. Konser yang bertepatan Hari Musik Nasional kali ini menghadirkan Ucok Harahap. Penyanyi idolanya. Awalnya, dia dan kawan komunitasnya ingin menghadirkan AKA. Namun menyatukan personelnya susah. Soenata Tanjung dan Arthur Kaunang lebih aktif berkegiatan di gereja. Syech Abidin terlilit masalah kesehatan. Ucok yang digadang-gadang juga sulit dilacak keberadaannya. Ucok berhasil ditemui di Gunung Kawi setelah mendapat informasi dari kawan lamanya.

Momen yang ditunggu tiba. Ucok tampil bareng beberapa musisi Surabaya. Ucok menggebrak dengan mengalunkan Crazy Joe. Penonton merangsek mendekati panggung. Berjingkrak-jingkrak. Ucok membakar atmosfer konser juga gerakan atraktif di atas panggung.

Bulir-bulir keringat menetas di wajah Ucok. Kausnya juga basah. Napasnya tak beraturan. Ucok berusaha membuat jeda. Dia lalu memainkan intro lagu dari keyboard. Lagu yang karib di telinga penonton. Lalu, mengalunlah Changes milik Black Sabbath.

 I feel unhappy/I feel so sad/I lost the best friend
That I ever had/She was my woman/I loved her so
But it's too late now/I've let her go
I'm going through changes/I'm going through changes...

Ucok terharu. Dia tak menyangka banyak orang ikut bernyanyi bersama saat dirinya memungkasi penampilan dengan lagu yang melejitkan namanya itu.

Semuanya ini menimpamu karna aku/
Badai Bulan Desember/
Desember...

Penonton bergerombol di dekat pintu barikade. Berebut bersalaman dan berfoto bareng sang legenda. Ucok memeluk erat Bobby. Sesaat setelah menuruni tangga panggung. Bobby menyambut hangat. Dia tak pedulikan kausnya ikut basah akibat dekapan erat Ucok. Lewat bantuan beberapa personel marinir, mereka membelah kerumunan orang.

"Aku bangga. Banyak yang masih hapal lagu yang aku nyanyikan. Anak-anak muda juga."

"Abang luar biasa."

Tangan kanan Bobby memeluk Ucok. Sementara tangan kirinya menyorong, memberi aba-aba meminta jalan. Mereka terus berjalan hingga tiba di tenda artis, tepat di sebelah selatan dekat pintu masuk. Ucok meneguk air mineral beberapa kali, sebelum akhirnya minta diantar balik ke hotel tempat ia menginap.   

***

Pukul 21.10. Lampu selasar Rumah Sakit Darmo Surabaya menyala terang. Sebagian lampu  menyorot bangunan salah satu rumah sakit tertua di Surabaya.  Taman yang dipenuhi rumput gajah tampak berkilau. Riuh lalu lalang orang. Para petugas medis yang sibuk.  

Beberapa orang bergerombol di Paviliun 3 kamar 34. Kebanyakan perempuan. Mereka terlihat gak banyak bicara. Wajahnya letih dan kusam. Di kamar itu, Ucok tergolek lemah. Kondisinya drop.

Jarum infus menempel di tangan kirinya. Ini kali kesekian Ucok harus ngamar di rumah sakit yang dibangun di era kolonial itu. Dari deteksi medis, dia mengidap penyakit kanker paru-paru.   

Kabar duka itu datang, 3 Desember 2009. Ucok mengembuskan napas terakhir, sekitar pukul 05.30. Di pusara Ucok, banyak rekan artis di zamannya berdoa. Mengamati penggali kubur menutup makam dengan cangkul. Secara berurutan, mereka mengepal segenggam tanah dilekatkan di gundukan pusara.

Bobby tiba-tiba tergiang dengan Badai Bulan Desember. Lagu yang berkisah tentang orang yang dicintai dan mengenang seseorang di bulan Desember. Dan Ucok menghadap Sang Khalik di bulan Desember. (agus wahyudi)

*Melanjutkan estafet "Trio KonekS". Matur nuwun dukungan Mbak Avy (kompasiana.com/mbakavy) dan Hadi Santoso (kompasiana.com (hadi.santoso).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun