Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sepak Bola Makin Atraktif, Jangan (Lagi) Dikotori Pengaturan Skor

1 Maret 2020   21:21 Diperbarui: 2 Maret 2020   20:57 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter Persebaya di laga pembukaan Shophee Liga 1 2020 di Stadion GBT, Sabtu (29/2/2020). foto:humas umsurabaya

Sisa cerita Sabtu (29/2/2020) malam. Usai nonton Opening Ceremony Shopee Liga 1 2020 di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya. Menyajikan pertandingan Persebaya vs Persik Kediri. Bisa dibilang partai klasik yang menarik ditonton.

Catatan saya, kedua tim sama-sama punya prestasi yang membanggakan. Persebaya, musim lalu, finish di urusan kedua. Beberapa hari lalu, Persebaya merayakan kegembiraan setelah menjadi juara Piala Gubernur Jawa Timur 2020 setelah mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 4-1. Sementara Persik adalah Juara Liga 2 2019, dan kini naik kasta, bermain di Liga 1.

Kompetisi tepat waktu, persahabatan dan tak ada atur skor. Tiga hal ini yang saya catat. Mampukah ketiganya ditunaikan PSSI. Saya sengaja tak menyebut prestasi. Karena prestasi akan mengikuti jika ketiga hal tersebut terpenuhi di kancah persepakbolaan nasional.

Di partai derby Jatim tersebut, lebih 50 ribu orang memadati tribun stadion yang bakal dijadikan salah satu venue Piala Dunia U-20 2021. Baik pendukung tuan rumah maupun suporter tim tamu. Di pertandingan kali ini, ada sekitar 5 ribu pendukung Persik datang ke Stadion GBT. Saya menyaiksikan mereka datang ke stadion tanpa hambatan. Bahkan disambut hangat.Bisa menonton dengan gembira dan nyaman. Saat berpapasan dengan Bonek juga taka da kalimat ejeken, cacian, apalagi provokasi.

Sejak sore, saya menyiapkan diri menonton pertandingan itu. Bareng rombongan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) yang musim ini menjadi sponsor Persebaya. Satu-satunya perguruan tinggi swasta yang ikut mensponsori klub sepak bola di Indonesia.

Jajaran rektorat UMSurabaya girang menyambut momen bersejarah ini. Pasalnya, nama kampusnya kini nempel di jersey klub kebanggaan Arek-Arek Suroboyo. Tepatnya di bagian punggung, Rektor UMSurabaya Dr dr Sukadiono bahkan rela tak pulang dulu dan memilih datang ke Stadion GBT setelah menghadiri acara di Solo.

Sementara jajaran rektorat lain, Dr Aziz Alimul Hidayat (wakil rektor 1), Dr Mahsun (wakil rektor 2), Dr Mundzakir (Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan), dan para dosen berangkat dari kampus pukul 15.00. Mereka rela menunggu tiga jam sebelum pertandingan dmulai, pukul 19.00.

Kami sepakat berangkat sore lantaran memprediksi jalanan bakal macet. Tret..tretet alias konvoi Bonek (sebutan suporter Persebaya) pasti tak terhindarkan. Terutama di sepanjang Jalan Romokalisari menuju Stadion GBT yang berlokasi di kawasan Surabaya Barat.

Perkiraan kami tak meleset. Puluhan ribu suporter Bajul Ijo (julukan Persebaya) yang mengenakan atribut serba hijau membanjiri jalanan Romokalisari yang kini sudah dilebarkan. Bus, mobil, dan motor tumplek blek di sana. Ada yang yang berjalan kaki menuju stadion.

Beberapa dosen UMSurabaya sempat cemas melihat kehadiran Bonek yang menyemut. Ini karena mereka baru pertama kali melihat kondisi stadion seperti itu. Juga dengan berita minor tentang ulah suporter. Tapi saya pastikan hal itu gak bakal terjadi. Dan benar, mobil yang membawa kami meluncur lancar sampai di tempat parkir. 

Mereka juga senang karena dari sekian umbul-umbul yang terpasang, tak sedikit yang kepicut membaca brand UMSurabaya. Mungkin bagi mereka baru kali pertama melihat. Dibanding umbul-umbul dari brand-brand yang sudah sering mensponsori sepak bola.

"Benar kan. Gak sedikit pun tergores," begitu kelakar saya.

***

Riuh dukungan suporter bergema di dalam Stadion GBT. Di tribun, penonton segala usia ada. Bahkan anak-anak balita banyak yang ikut bergembira menyaksikan momen tersebut.

Awalnya, saya membayangkan, Opening Ceremony Liga 1 2020 bakal disajikan konser musik. Dengan panggung megah. Berikut sound system berkekuatan besar dan lighting spektakuler. Juga ada artis dan penyanyi beken. Seperti yang sering dilakukan di event-event sebelumnya.

Namun yang terjadi sebaliknya. Di tengah lapangan, ratusan anak-anak belasan tahun yang tampil. Mereka bergoyang Tik-Tok yang kini lagi viral. Sangat menghibur dan atraktif. Penonton bersemangan ikut manari dan berjoget bersama. Atraksi ditutup dengan penyajian bendera dan maskot 18 klub dan kontestan Liga 1 2020.

Di tribun VVIP tempat kami melihat, cukup banyak tamu. Di antaranya Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan, Menpora Zainudin Amali, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Presiden Persebaya Azrul Ananda bersama ayahnya, Dahlan Iskan.

Saya merekam pernyataan dan janji petinggi PSSI dan Menpora yang datang mewakili Presiden Jokowi. Iwan Bule, panggilan karib Mochammad iriawan, menegaskan jika sepak bola dijadikan sarana membangun silahturahmi, persahabatan, persaudaraan dan prestasi. Dia juga memastikan Liga 1 digelar lebih awal dan tepat sesuai rencana. Yang mempertandingkan 306 laga. Berlangsung dari 29 Februari hingga 31 Oktober 2020.

Menpora hampir senada. Dia tegas meminta kepada para peserta liga mengikuti kompetisi dengan sportivitas tinggi. Menpora meminta Kapolri agar Satgas Anti Mafia Bola tetap diteruskan.

Pemerintah, kata Menpora, mendukung tidak ada lagi pengaturan skor pertandingan. Dia juga sudah meminta Kapolri agar Satgas Anti Mafia Sepakbola tetap diteruskan untuk menjaga kompetisi dan pertandingan-pertandingan di Liga 1, Liga 2 dan Liga 3.

Kompetisi tepat waktu, persahabatan dan tak ada atur skor. Tiga hal ini yang saya catat. Mampukah ketiganya ditunaikan PSSI. Saya sengaja tak menyebut prestasi. Karena prestasi akan mengikuti jika ketiga hal tersebut terpenuhi di kancah persepakbolaan nasional.

Jujur, hingga sekarang publik terlalu banyak dibuat kecewa melihat atmosfer sepak bola Indonesia. Dari sepak bola "sandiwara" sampai aksi vandalisme. Di semua kasta (Liga 1, Liga 2, dan Liga 3), kasus dugaan atur skor pertandingan marak terjadi. Pengusutannya pun seperti mencari jarum di tumpukan jerami yang tecebur lumpur. Satgas Antimafia Bola  dituntus kerja ekstra keras membongkarnya. Meski beberapa tersangka sudah ditangkap.

Publik sungguh merindukan kegairahan menonton sepak bola yang atraktif tanpa tercemari praktik-praktik kotor. Yang memorak-porandakan sportivitas. Mengebiri karakter dan watak bangsa. Semoga janji itu bisa diwujudkan. Karena publik tak ingin lagi memutar kembali radio usang yang memuakkan. (agus wahyudi)   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun