Cara memasak semanggi instan itu dituliskan dalam dus tersebut. Di mana konsumen hanya perlu merebus daun semanggi dan ditambahi sedikit garam. Bumbu kering yang sudah tersedia ditambah air dan kerupuk yang telah digoreng.
Menurut Aminah, cara memasak semanggi instan ini sama seperti memasak mi instan. Mudah, cepat, dan tidak ribet. "Rasanya juga sama seperti makan semanggi segar," jamin dia. Â
Dengan kemasan baru, penjualan semanggi instan bergerak naik. Aminah memanfaatkan betul pemasaran via online.  Baik di marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, dan Shopee. Juga di Facebook dan Instagram.
Saban bulan, 500 bungkus semanggi instan dikirim ke konsumen di Jakarta, Tangerang, Bandung, Bali, Sumatera dan beberapa kota di Kalimantan. Sebagian di antara mereka telah menjadi reseller-nya. Â Â
Yang menyenangkan, Selendang Semanggi juga beberapa kali dikirim ke Belanda dan Amerika Serikat (AS). Aminah punya pelanggan setia. Namanya Estin, tinggal di kawasan Citraland, Surabaya. Estin kerap membawa semanggi instan Aminah untuk diberikan kepada saudaranya yang tinggal di Belanda.
Satu lagi, Bu Ferry. Rumahnya di Kertajaya Indah, Surabaya. Bu Ferry punya saudara yang bermukim di Amerika Serikat. Ketika berada di Jakarta saudaranya itu sempat makan semanggi instan. Setelah tahu rasanya, ia pesan lagi dan dibawa ke Negeri Paman Sam. Kini, saban pulang ke Jakarta, saudara Bu Ferry selalu minta dipesankan semanggi instan.
Tiap bulan, Aminah butuh 200 kilogram daun semanggi. Dari hasil penjualan, Aminah mampu meraup pendapatan berkisar Rp 15 juta-Rp 25 juta sebulan.
Meski jual semanggi instan, Aminah masih tetap melayani pecinta pecel semanggi di rumah. Â Melanjutkan usaha yang dirintis neneknya, Sanpi dan Sapifah, sejak 1970, kemudian diteruskan ibunya, Anteng. (agus wahyudi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H