Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Semanggi Instan Aminah "Terbang" ke Belanda dan AS

2 Oktober 2019   15:43 Diperbarui: 3 Oktober 2019   04:21 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aminah saat menjadi narasumber Bincang Kompas.foto: arya wiraraja

"Saya harus ngomong apa, Mas Agus. Saya gak biasa jadi pembicara. Saya ini cuma lulusan SMP. Itu Kompas yang koran itu ya, Mas," ucap Aminah.

"Ibu cerita pengalaman. Yang pernah jenengan alami. Jangan lupa, susahnya diceritakan. Biar orang tahu kalau usaha jenengan gak ujug-ujug seperti sekarang," jawab saya.   

Malam itu, saya menghubungi Aminah. Menyampaikan pesan Agnes Swetta Pandia, Kabiro Kompas Jawa Timur. Aminah diundang karena di perempuan pelaku usaha Pahlawan Ekonomi, program pemberdayan perempuan yang diinisiasi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Sedangkan saya sebagai humas dan mentornya.  

Aminah diundang sebagai salah satu narasumber Bincang Kompas bertajuk "Keberpihakan Swasta Dalam Mengokohkan Posisi UMKM Di Jatim". Acara itu dihelat di Hotel Santika Premiere Gubeng, 5 Sepetember 2019 lalu. Selain Aminah, Kompas juga mengundang Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak dan Chairperson Enciety Business Consult Kresnayana Yahya.

Aminah dipilih lantaran dia menjadi salah satu pelaku usaha inovatif. Lewat semanggi instan, perempuan yang tinggal di Kecamatan Sambikerep, Surabaya itu, sudah pasarkan produknya ke berbagai kota di Indonesia. Bahkan beberapa kali produknya dibawa pelangganya ke luar negeri.

Aminah seperti bermimpi berbicara di depan puluhan orang yang menghadiri acara itu. Menceritakan suka duka jualan semanggi. Seperti pengakuannya dia dulu jualan semanggi gendong. Masuk kampung keluar kampung. Sering "ngetem" juga di Taman Bungkul. Sekarang, dia mengira bisa meraup untung jutaan rupiah dari jualan semanggi.  

"Alhamdulillah, berkat jualan semanggi keluarga saya bisa sejahtera. Saya juga bersyukur sudah punya asuransu pendidikan buat anak-anak saya," tutur Aminah dengan rona penuh haru.

***

foto: tatarupa
foto: tatarupa
Ide membuat semanggi instansi sejatinya dilatarbelakangi keprihatinan Aminah. Ceritanya, tiap musim hujan, Anteng, ibunya, tak bisa jualan pecel semanggi. Penyebabnya, daun semanggi tak bisa dipanen lantaran terendam banjir. Sementara di musim kemarau panen semanggi melimpah.

"Kalau stok banyak juga susah. Karena daun semanggi tidak tahan lama. Tidak bisa dijual," jelas Aminah.  

Dari kondisi itu, Aminah lantas berpikir, bagaimana caranya membuat daun semanggi bisa dimanfaatkan lebih lama.  Tahun 2011, dia bergabung dengan Pahlawan Ekonomi. Di sana, Aminah tertantang untuk berinovasi. Dia punya keinginan melayani penyuka semanggi meski tidak datang di Surabaya. Tepatnya membuat semanggi instan. Kebetulan, Aminah pernah punya pengalaman mengeringkan semanggi. 

Aminah telah melakukan beberapa kali uji coba mengeringkan daun semanggi. Hingga dia menemukan cara yang dianggap pas. Di mana, daun semanggi yang baru dipanen, lantas dicuci bersih, ditiris, lalu dijemur selama satu hari kalau ada panas. Setelah itu, daun semanggi dipanaskan menggunakan mesin oven.

"Saya pakai oven untuk menghilangkan bakteri dan jamur. Makanya, kalau ada daun semanggi yang agak gosong itu akibat dioven," beber Aminah.

Proses berikutnya, Aminah memasukkan daun semanggi yang sudah dikeringkan ke dalam plastik kedap udara. Tujuannya agar tahan lama. Menurut dia, kalau dikeringkan dengan oven saja, rasa semanggi bisa berubah, makanya harus menggunakan juga sinar matahari.

Cara itu cukup efektif membantu penjualan semanggi ibunya, Anteng. Ketika masa paceklik daun semanggi, Anteng bisa tetap jualan pecel semanggi. Ada pasokan daun semanggi yang dikeringkan. Hal itu pada gilirannya membuat para penjual pecel semanggi di kampungnya bertanya-tanya. "Kok isok rendheng-rendheng dodolan (kok bisa musim hujan masih bisa jualan, red?" begitu kata mereka.

Belakangan, mereka tahu kalau Anteng punya cadangan daun semanggi yang dikeringkan. Kendati begitu, Anteng tak mau egois. Dia selalu berbagi bahan daun semanggi hasil pengeringan. Dia melayani penjual semanggi di kampungnya yang ingin kulakan daun semanggi. Harga grosir, bukan eceran tentunya. Sejak itu, ketika musim hujan tiba, di Surabaya masih banyak didapati penjual pecel semanggi. 

Menurut Aminah, dalam pengeringan daun semanggi harus pas. Tidak boleh terlalu kering karena bisa remuk. Aromanya juga beda. Setelah itu, daun semanggi dimasukkan plastik, lalu di-packing. 

Semanggi instan buatan Aminah diolah menjadi empat porsi dan bertahan hingga dua bulan. Selain daun semanggi, Aminah juga mengeringkan bumbu dan kerupuk puli yang menjadi satu sajian kuliner khas Surabaya ini.  

***

Aminah menerima penghargaan Pahlawan Ekonomi Award.foto: arya wiraraja
Aminah menerima penghargaan Pahlawan Ekonomi Award.foto: arya wiraraja
Semanggi instan Aminah tersebut direspons baik oleh para mentor Pahlawan Ekonomi. Aminah dianggap mampu membuat hal yang berbeda dalam melakoni usaha. Itu sangat diperlukan agar pelaku usaha bisa menggaet pasar kuliner yang menjanjikan. Aminah lantas mendapat penghargaan sebagai Juara Pertama Pahlawan Ekonomi Award 2015 Kategori Culinary Business.

Semanggi instan Aminah kemudian diikutkan program Tatarupa yang me-repackaging dan rebranding produk pelaku usaha Pahlawan Ekonomi. Hingga disepakati nama produknya, Selendang Semanggi. 

Produk Selendang Semanggi dibagi dua versi, ukuran 30 gram dan 80 gram. Untuk satu dus 30 gram dibandrol Rp 50 ribu, sedang satu dus yang 80 gram dihargai Rp 95 ribu. Dalam satu dus yang dibungkus plastik terdiri dari daun semanggi yang telah dikeringkan, bumbu pecel, dan kerupuk puli. 

Cara memasak semanggi instan itu dituliskan dalam dus tersebut. Di mana konsumen hanya perlu merebus daun semanggi dan ditambahi sedikit garam. Bumbu kering yang sudah tersedia ditambah air dan kerupuk yang telah digoreng.

Menurut Aminah, cara memasak semanggi instan ini sama seperti memasak mi instan. Mudah, cepat, dan tidak ribet. "Rasanya juga sama seperti makan semanggi segar," jamin dia.  

Dengan kemasan baru, penjualan semanggi instan bergerak naik. Aminah memanfaatkan betul pemasaran via online.  Baik di marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, dan Shopee. Juga di Facebook dan Instagram.

Saban bulan, 500 bungkus semanggi instan dikirim ke konsumen di Jakarta, Tangerang, Bandung, Bali, Sumatera dan beberapa kota di Kalimantan. Sebagian di antara mereka telah menjadi reseller-nya.   

Yang menyenangkan, Selendang Semanggi juga beberapa kali dikirim ke Belanda dan Amerika Serikat (AS). Aminah punya pelanggan setia. Namanya Estin, tinggal di kawasan Citraland, Surabaya. Estin kerap membawa semanggi instan Aminah untuk diberikan kepada saudaranya yang tinggal di Belanda.

Satu lagi, Bu Ferry. Rumahnya di Kertajaya Indah, Surabaya. Bu Ferry punya saudara yang bermukim di Amerika Serikat. Ketika berada di Jakarta saudaranya itu sempat makan semanggi instan. Setelah tahu rasanya, ia pesan lagi dan dibawa ke Negeri Paman Sam. Kini, saban pulang ke Jakarta, saudara Bu Ferry selalu minta dipesankan semanggi instan.

Tiap bulan, Aminah butuh 200 kilogram daun semanggi. Dari hasil penjualan, Aminah mampu meraup pendapatan berkisar Rp 15 juta-Rp 25 juta sebulan.

Meski jual semanggi instan, Aminah masih tetap melayani pecinta pecel semanggi di rumah.  Melanjutkan usaha yang dirintis neneknya, Sanpi dan Sapifah, sejak 1970, kemudian diteruskan ibunya, Anteng. (agus wahyudi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun