Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pulang

13 September 2019   10:50 Diperbarui: 13 September 2019   11:03 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun yang terjadi justru kepahitan. Di saat Ilham makin termotivasi membantu dirinya berdagang, petaka datang mendera. Semua rencananya berantakan. Fadly terbirit-birit menyelematkan diri dari kejaran aparat trantib.   

 "Ayah kan berdagang, kenapa diusir?" Ilham bertanya penuh keheranan.

"Kenapa barang-barang kita dirampas?"

"Apa salah ayah?"

"Ayah salah tempat, Nak. Ayah belum punya uang buat menyewa stan," Fadly memberi alasan.

"Situasinya sulit, Nak. Ayah tak bisa melawan. Ketahuilah anakku, ini semua salah ayah." Fadli mengelus punggug bocah berlesung pipit itu, penuh kasih.

"Terus kita dapat uang dari mana lagi, ayah?"

"Semua barang kita habis."

"Bukankah Allah akan menolong kita, ayah?"

"Itu kan yang ayah ucapkan kalau kita mau bersungguh-sungguh. Mau berusaha?"

"Bukankah mereka akan mendapat balasan, ayah. Bapak-bapak itu membawa barang milik ayah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun