Namun yang terjadi justru kepahitan. Di saat Ilham makin termotivasi membantu dirinya berdagang, petaka datang mendera. Semua rencananya berantakan. Fadly terbirit-birit menyelematkan diri dari kejaran aparat trantib. Â Â
 "Ayah kan berdagang, kenapa diusir?" Ilham bertanya penuh keheranan.
"Kenapa barang-barang kita dirampas?"
"Apa salah ayah?"
"Ayah salah tempat, Nak. Ayah belum punya uang buat menyewa stan," Fadly memberi alasan.
"Situasinya sulit, Nak. Ayah tak bisa melawan. Ketahuilah anakku, ini semua salah ayah." Fadli mengelus punggug bocah berlesung pipit itu, penuh kasih.
"Terus kita dapat uang dari mana lagi, ayah?"
"Semua barang kita habis."
"Bukankah Allah akan menolong kita, ayah?"
"Itu kan yang ayah ucapkan kalau kita mau bersungguh-sungguh. Mau berusaha?"
"Bukankah mereka akan mendapat balasan, ayah. Bapak-bapak itu membawa barang milik ayah?"