Lesung berbicara sendiri dengan kalimat-kalimat panjang. Kebanggaannya menciptakan pahlawan-pahlawan khayalan yang penuh harapan. Melabrak kaum culas dan pengkhianat. Membayangkan gunung-gunung tinggi yang berhasil ia taklukkan.
Dalam keriangan ia bercanda berjam-jam tanpa rasa penat. Lesung juga bisa menampar, menendang, dan menangis bila sedih bersanding dengan boneka-boneka tersebut.
Lesung membayangkan dirinya sebagai seorang dalang yang hebat. Yang bisa membuat cerita-cerita yang menggugah emosi penonton. Yang mampu mengajak penonton tertawa terpingkal-pingkal. Lesung juga dibayangkan tepukan panjang penonton. Berikut keheningan penonton yang rela menunggu episode terakhir ceritanya sampai pagi.
He.he.. he..kamu si Moni yang cantik, hendak ke mana kamu. Sini kamu, apa kamu mau kejadikan istriku yang kelima, hikk..hikk, Lesung berujar, lalu tersenyum gurih seraya melenggak-lenggokkan boneka-boneka itu seperti berjalan. Lesung mencomot saja nama untuk menyebut boneka berwajah perempuan.Â
Moni, teman satu sekolah yang berwajah imut berjanggut lancip. Bibirnya tipis. Rambutnya dipotong poni. Moni yang namanya selalu disebut-sebut ketika berjalan di depan teman-teman pria di sekolahnya.
Masih dengan gerakan tangan penuh semangat. Hai, Si Jangkung. Jika kamu benar-benar jagoan, singkirkan orang-orang jahat berwajah buruk dari negeri ini. Aku sudah muak. Orang-orang berleher pendek itu, hancurkan, blarr...
Eh, tapi kamu harus mandi dulu. Baumu itu lho, busuk. Jangan dekat-dekat aku sebelum kamu berendam di sungai sana. Kamu gosok badanmu dengan sabun yang wangi, oce..? ucap Lesung seraya membuang salah satu boneka seperti terjun ke sungai.
***
Lesung tak bisa berucap secuil kata pun. Hanya tatapan penuh keheranan dan ketakutan yang dipakai untuk menjawabnya. Sekujur tubuhnya gemetaran. Pelupuk matanya tiba-tiba meredup. Hatinya benar-benar terguncang.
Sungguh, dia tak mengira barang-barang yang dipungut dari kotak kayu jati dengan gembok terbuka tersebut, melecut amarah Waskita. Hati Lesung meradang.
"Aku kasih tahu kamu, jangan pernah membuka barang-barang ini lagi. Jangan pernah! Sekarang kami pergi, pergi..!," suara Waskito makin meninggi.