Ada riwayat yang dikutip dari kisah Nabi Khidir as dan Nabi Musa as. Riwayat yang bersumber dari Ibnu Umar ra itu, mengisahkan bahwa salah satu amanat Nabi Khidir as terhadap Nabi Musa as adalah agar tidak mentertawakan orang yang berbuat salah. Amanat Nabi Khidir as ini mengajarkan kepada kita bahwa jika terhadap yang berbuat salah saja kita tidak boleh tertawai, apalagi orang yang tidak berbuat salah.
Antara Tertawa dan Tersenyum
Di bagian akhir tulisan ini, kami ingin mengutip riwayat dari Auf bin Abdullah bahwa Nabi saw tidak pernah tertawa, kecuali hanya tersenyum, dan beliau tidak menoleh, kecuali dengan seluruh muka (menghadap). Al Faqih lalu menjelaskan bahwa tersenyum adalah sesuatu yang disunahkan, sedangkan tertawa dengan terbahak-bahak adalah makruh hukumnya. Jika demikian, semampu mungkin kita meninggalkannya sebab yang demikian itu dapat mematikan hati dan mendatangkan banyak tangis di akhirat kelak.
Imam Hasan Al-Basri pernah menegur seorang pemuda yang tertawa di depannya, "Wahai pemuda, apakah dirimu sudah merasa aman dari shirat?" Dijawab, "Belum." Beliau berkata, "Lalu apa yang menyebabkan kamu tertawa seperti itu?" Setelah mendapat teguran seperti itu, pemuda itu tidak lagi tertawa sebagaimana semula.
Akhirnya kami menutup artikel ini dengan peringatan Ibnu Abbas ra sebagaimana juga dikutip oleh Al Faqih. Sepupu Nabi saw itu pernah berpesan, "Barangsiapa yang tertawa ketika berbuat maksiat, maka kelak ia akan masuk neraka dengan menangis."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H