Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Husein Mutahar: Pencipta Lagu Hari Merdeka, Tokoh Pramuka dan Pendiri Paskibraka

15 Agustus 2024   13:16 Diperbarui: 15 Agustus 2024   13:52 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Husein Mutahar pada tahun 1998 saat mengenakan seragam Pramuka (https://www.republika.id/posts/31006/sayyid-husein-mutahar-kiprah-habib-dan-paskibraka)

Di balik kemeriahan detik-detik peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke-79, Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tahun 2024 menuai sorotan. Pasalnya, Paskibraka putri terlihat tidak satu pun mengenakan jilbab saat dikukuhkan oleh Presiden Jokowi, padahal diketahui 18 orang di antaranya memasuki karantina dengan mengenakan jilbab. Hal ini pun menjadi polemik sebab tahun-tahun sebelumnya Paskibraka putri yang Muslim tetap mengenakan jilbab, bahkan tidak jarang anggota Paskibraka putri yang membawa baki bendera pusaka tampak mengenakan jilbab.

Terlepas dari  polemik yang masih berkembang tersebut, sepantasnyalah masyarakat juga harus memahami sejarah kehadiran Paskibraka, sebab sebagaimana yang diketahui dalam sejarah, saat pengibaran bendera di hari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 belum tampak pasukan pengibar bendera sebagaimana yang disaksikan hingga hari ini. Bendera Merah Putih saat itu dikibarkan oleh dua orang pemuda yaitu Suhud dan Latief Hendradiningrat.

Berdasarkan penelusuran penulis terhadap beberapa media, maka ada dua kesimpulan yang ditemukan: pertama, tokoh yang berperan dalam pembentukan pasukan pengibar bendera pusaka adalah Husein Mutahar; dan kedua, tahun-tahun yang penting dalam sejarah Paskibraka adalah 1946 dan 1967-1969. Maka pada kesempatan kali ini kami mengajak pembaca untuk mengenang kembali sosok Husein Mutahar dan perannya dalam mendirikan Paskibraka.

Sekilas tentang Husein Mutahar

Husein Mutahar bernama lengkap Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar. Tokoh yang dilahirkan di Semarang pada 5 Agustus 1916 ini lebih dikenal dengan akronim H. Mutahar. Berdasarkan penelusuran penulis terhadap beberapa media, maka tokoh yang pernah menjadi ajudan Presiden Soekarno di masa-masa awal kemerdekaan ini identik sebagai komponis dan pencipta lagu-lagu perjuangan, tokoh pramuka dan pendiri Paskibraka Indonesia. Maka sangatlah pantas, jika di bulan Agustus ini bangsa Indonesia mengenang sosoknya.

Mengapa demikian? Sebab 14 Agustus adalah peringatan Hari Ulang Tahun Gerakan Pramuka, dimana di lokasi-lokasi perkemahan akan diperdengarkan lagu-lagu Kepanduan atau Pramuka. Di antara lagu kepanduan buah karya H. Mutahar yang akrab dipanggil Kak Mut yaitu Gembira, Tepuk Tangan Silang-Silang, Mari Tepuk, Slamatlah, Jangan Putus asa, Saat Berpisah dan tentu saja Hymne Pramuka. 

Tiga hari setelah peringatan HUT Gerakan Pramuka, tepatnya pada 17 Agustus adalah peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia yang tentu tidak bisa dilepaskan dari peran Paskibraka. Begitupun lagu-lagu perjuangan yang banyak dinyanyikan di bulan Agustus ini tentu tidak bisa dilepaskan dari namanya, sebab beberapa lagu perjuangan buah karyanya  masih dinyanyikan hingga hari ini, di antaranya: hymne Syukur (1945), dan tentu saja mars Hari Merdeka 17 Agustus (1946).

Selain komponis dan pencipta lagu,  tokoh Pramuka dan Paskibraka Indonesia, H. Mutahar juga dikenal sebagai seorang negarawan. Setelah jabatannya sebagai Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka yang menyebabkan ia membidani lahirnya Paskibraka dengan formasi seperti sekarang, ia mengemban amanah sebagai Duta Besar untuk Takhta Suci (1969-1973). Hal ini tentu menjadi bukti kenegarawanannya sebab meski merupakan keturunan Arab, tetapi ia bisa melaksanakan tugas Duta Besar untuk Takhta Suci selama empat tahun.

Adapun jabatan terakhir H. Mutahar diembannya setelah periode Duta Besar untuk Takhta Suci, tepatnya sejak 1974 sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri. 30 tahun setelah mengemban jabatan terakhirnya tersebut, H. Mutahar wafat di Jakarta, 9 Juni 2004 dan dimakamkan di Pemakaman Umum Jeruk Purut, Jakarta Selatan.

Mengutip buku Husein Mutahar, Pengabdian dan Karyanya, Kompas.com (1/8/2023) menerangkan bahwa selain dikenal sebagai pencipta lagu, Husein Mutahar adalah pejuang kemerdekaan, penyelamat bendera pusaka, pendiri Paskibra, tokoh pandu dan pramuka, serta birokrat dan diplomat. Meski demikian, dalam artikel kali ini penulis memilih untuk membahas secara mendalam peran H. Mutahar dalam pembentukan Paskibraka Indonesia.

1946: Membentuk Pasukan Pengibar Berjumlah Lima Orang

Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan yang pertama pada tahun 1946, bendera Merah Putih belum dikibarkan oleh pasukan pengibar sebagaimana saat ini. Jika tahun 1945, bendera dikibarkan oleh dua orang pemuda maka pada tahun 1946 bertambah menjadi lima orang.

Saat itu, Presiden Soekarno memberikan tugas kepada ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar untuk membentuk pasukan pengibar bendera bertepatan dengan pindahnya ibu kota Indonesia ke Yogyakarta. H. Mutahar lalu mengambil keputusan untuk melibatkan perwakilan pemuda dari seluruh penjuru tanah air untuk mengibarkan bendera pusaka. Tetapi karena gagasan ini sulit terlaksana, maka H. Mutahar hanya menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari berbagai daerah tetapi sedang berada di Yogyakarta.

1967-1969: Membentuk Formasi Paskibraka 17-8-45

Setelah gagal membentuk pasukan pengibar bendera pada tahun 1946, Husein Mutahar mencoba mewujudkannya kembali pada tahun 1967, tetapi kali ini atas permintaan Presiden Soeharto. Husein Mutahar yang telah menjabat Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka lantas mengembangkan formasi pasukan pengibar menjadi tiga kelompok yang dinamakan sesuai jumlah anggotanya yaitu Pasukan 17, Pasukan 8 dan Pasukan 45. Ketiga pasukan inilah yang akan membentuk formasi barisan sesuai dengan momen Proklamasi Kemerdekaan yaitu 17-8-45.

Tugas H. Mutahar membentuk formasi pasukan ikut dibantu oleh Idik Sulaeman, pegawai negeri di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang menjabat Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan. Kelak pada tahun 1973, dia pula yang berjasa memperkenalkan akronim Paskibraka untuk menyebut Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Nama ini sekaligus menggantikan nama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka yang telah dipergunakan sejak tahun 1967 hingga 1972.

Kembali pada tahun 1967, sehubungan dengan kondisi yang ada, H. Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka. Sementara Pasukan 45 diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (Paswalpres) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta.

Barulah kemudian pada tahun 1968, petugas pengibar bendera pusaka merupakan para pemuda utusan berbagai provinsi di Indonesia. Berhubung tidak semua provinsi mengirimkan utusannya, maka pasukan masih harus ditambah dengan eks anggota pasukan tahun 1967. Barulah pada tahun 1969, anggota pengibar bendera pusaka adalah remaja SMA utusan provinsi dari seluruh tanah air. Setiap provinsi mengirimkan sepasang remaja putra dan putri.

Meski tetap disebut sebagai pasukan pengibar bendera pusaka tetapi sejak 1969 itu mereka tidak lagi mengibarkan bendera pusaka yang asli, melainkan duplikatnya. Hal ini mempertimbangkan kondisi bendera pusaka yang telah berusia 24 tahun. Meski demikian, bendera pusaka senantiasa dihadirkan dalam upacara memperingati Proklamasi Kemerdekaan meskipun tidak lagi dikibarkan.

Semoga di momen peringatan HUT Kemerdekaan ke-79 ini kita tidak larut dalam polemik Paskibraka putri yang tidak mengenakan jilbab saat pengukuhan di IKN, tetapi kita berkesempatan meluangkan waktu mengenang sosok penting dalam pembentukan Paskibraka. Dialah Husein Mutahar, tokoh dengan beberapa peran sejak masa-masa awal kemerdekaan, Orde Lama hingga Orde Baru. Semoga kita mengenang spirit perjuangannya termasuk dengan meresapi lagu-lagu perjuangan yang digubahnya.

Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka

Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih dikandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap sedia
membela negara kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun