Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Paul Rusesabagina: Selamatkan Seribuan Jiwa Beda Suku Saat Genosida di Rwanda

30 Juni 2024   10:54 Diperbarui: 30 Juni 2024   11:01 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paul Rusesabagina dengan latar sampul film Hotel Rwanda/Rwanda Tribune

Ia tidak lupa mengancam akan melaporkan tindakan sang jenderal membiarkan pengungsi yang akan dievakuasi dicegat oleh milisi Hutu. Paul lalu menegaskan bahwa Jenderal Augustin masih membutuhkan dirinya sebagai pembela jika sang jenderal kelak diadili.

Pengungsi Dibawa Meninggalkan Hotel Menuju Tanzania

Saat tiba kembali ke hotel, Paul dan Jenderal Augustin bersama anak buahnya mendapati milisi Hutu sudah menjarah dan menyiksa pengungsi dalam hotel. Beruntung Paul dan militer Rwanda yang bersamanya berhasil menghalau mereka meninggalkan hotel. Hal ini menjadi alasan mereka harus meninggalkan hotel dan pasukan PBB bersedia membawa mereka ke tempat yang lebih aman. 

Pilihan waktu mereka tepat, karena gerilyawan pemberontak Tutsi, Rwanda Patriotic Front (RPF) telah berhasil mengambil alih setengah kota dan mengadakan perjanjian dengan petinggi militer Hutu. Akhirnya mereka berhasil sampai ke kamp pengungsian untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Tanzania. Genosida baru berakhir setelah pasukan pemberontak Tutsi berhasil mendesak milisi Hutu sampai ke perbatasan Kongo.

Pesan dari kisah Paul dan Tatiana mirip dengan pesan dari kisah Agustine, Jolande dan Cecile. Hanya saja karena Paul dari kalangan atas maka ia bisa berbuat lebih banyak. Pergaulan dan perkenalan Paul dengan kalangan atas dibantu oleh kemampuan finansialnya membuatnya bisa berbuat lebih untuk menyelamatkan jiwa yang terancam karena genosida. 

Kami menuliskan kembali kisah ini untuk memberikan apresiasi terhadap kepahlawanan Paul dan Tatiana, pasangan yang memilih Belgia sebagai tempat tinggal mereka. Pasangan beda suku ini juga tetap menjalani aktivitas mereka sebagai pegiat kemanusiaan sehingga mereka diganjar berbagai penghargaan.

Semoga kisah kepahlawanan mereka menjadi inspirasi untuk memberikan sumbangan membantu mengatasi konflik terutama yang berhubungan dengan SARA (suku, agama, ras dan antar-golongan), bukan sebaliknya menjadi penyebab terjadinya konflik. Pelaku penembakan terhadap seorang presiden tentu merupakan tindakan terorisme yang justru membahayakan jiwa banyak orang. Tetapi tindakan balasan terhadap suku atau etnis tertentu dengan asumsi mereka ikut bertanggung jawab atas perbuatan sekelompok kecil pelaku terorisme juga merupakan prilaku terorisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun