Paul dan orang-orang yang berlindung di dalam hotel sempat gembira saat melihat pasukan Belgia datang. Mereka menyangka pasukan ini akan membantu pasukan PBB untuk melindungi mereka, tetapi harapan mereka sirna. Mereka harus kecewa karena ternyata pasukan ini hanya ditugaskan mengevakuasi warga Eropa untuk meninggalkan Rwanda.Â
Kolonel Oliver yang juga kecewa terhadap pasukan dari Belgia ini menjelaskan pada Paul bahwa mereka hanya akan menyelamatkan orang-orang dari kulit putih. Lebih lanjut Oliver menjelaskan bahwa hal itu disebabkan karena bagi mereka orang-orang kulit hitam hanya ibarat kotoran yang tidak perlu dibela. Mendengar hal ini, Paul tidak hanya kecewa tetapi sakit hati karena ia selama ini menyangka bahwa kulit hitam seperti dirinya sama dengan mereka yang berkulit putih.
Paul Meminta Tolong pada Pemilik Hotel
Tidak lama setelah warga kulit putih dievakuasi, datanglah sekelompok militer Rwanda. Mereka meminta Paul dan semua orang yang ada di hotel agar segera meninggalkan hotel. Paul pun tersadar bahwa ia dan semua orang yang berlindung dalam hotel akan segera dieksekusi. Meski demikian, Paul masih sempat berpikir jernih dan menelepon Jenderal Bizimangu untuk meminta penjelasan terkait ikut campurnya militer, tetapi ia dipersulit untuk tersambung langsung dengan sang jenderal.
Paul lalu menelepon pemilik hotel di Belgia, Mr. Tillens. Kepada bosnya ini, Paul bercerita bahwa dirinya dan para pengungsi diminta oleh milisi Hutu untuk meninggalkan hotel. Tidak lupa ia menambahkan bahwa mungkin mereka akan dibantai. Saat bosnya bertanya siapa yang bisa dihubungi untuk membantu mereka, Paul menyebut Prancis karena negara inilah yang memberikan bantuan pada milisi Hutu.
Sementara itu di luar hotel masih berkumpul sekelompok milisi Hutu yang tadi meminta mereka meninggalkan hotel. Mereka meminta Paul memperlihatkan daftar pengunjung hotel. Paul memperlihatkan kepada mereka daftar tamu hotel dari kalangan kulit putih, tetapi para milisi tidak percaya karena mereka tahu bahwa orang-orang kulit putih telah dievakuasi meninggalkan Rwanda. Milisi Hutu lantas mengancam Paul bahwa mereka semua yang ada dalam hotel termasuk dirinya akan dibunuh jika tidak memberikan daftar nama yang benar.
Saat situasi mencekam itulah, tiba-tiba milisi Hutu diperintahkan agar meninggalkan hotel. Paul tidak tahu pasti apakah ini ada hubungannya dengan pemilik hotel yang melakukan lobi dengan PBB atau Prancis.Â
Pertanyaan ini baru terjawab saat Paul menelepon bosnya, dan sang bos menjelaskan bahwa dirinya telah menelepon Presiden Prancis agar menghentikan campur tangan militer Rwanda. Ia juga menambahkan bahwa Belgia dan Prancis sudah sepakat bahwa milisi Hutu tidak boleh mengganggu hotel karena itu adalah properti milik Belgia.Â
Bosnya juga meminta maaf atas sikap negara-negara Eropa yang tidak membela orang-orang Rwanda dan hanya mementingkan warga negara mereka, karena baik PBB, Inggris dan Prancis beranggapan mereka tidak mendapat keuntungan sedikit pun dari jika membela rakyat Rwanda.
Permintaan Paul ke Tatiana dan Putra-putranya untuk Bunuh Diri
Setelah milisi Hutu meninggalkan hotel, Paul menjelaskan pada stafnya dan orang-orang yang mengungsi di hotel bahwa operasional hotel bintang empat ini harus tetap berjalan. Itulah sebabnya mereka akan tetap dikenakan tagihan dan demi untuk keberlanjutan operasional hotel dan kebutuhan pengungsi maka Paul meninggalkan hotel untuk berbelanja keperluan.