Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tragedi Sumiarsih dan Purwanto: Hancurnya Dua Keluarga Karena Bisnis Prostitusi

23 Juni 2024   06:34 Diperbarui: 23 Juni 2024   07:59 2744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumiarsih saat di pengadilan (Alinea)

Perjanjian Bisnis Terlarang Sumiarsih dan Purwanto

Bukan kebetulan juga jika Sumiarsih atau Mami Rose bertemu dengan Purwanto, sebab perwira ini memang merupakan pelanggan setianya. Sebagai perwira, Purwanto juga sangat bisa diandalkan "mengamankan" bisnis mucikari penyuka bunga Rose ini. Singkat cerita keduanya lantas menyepakati perjanjian bisnis.

Kesuksesan Sumiarsih menyulap rumah bordil "Happy Home" tampil beda dengan rumah bordil lainnya di Gang Dolly, menjadi bukti bahwa Purwanto dapat mengandalkan Sumiarsih dalam kerja sama bisnis mereka. Sumiarsih memang sukses membangun "Happy Home" menjadi lebih berkelas. 

Bukan hanya karena kecantikan wanita-wanitanya tetapi juga karena umur mereka yang masih muda yakni 17-25 tahun. Selain itu Sumiarsih memberlakukan "kontrak kerja" hanya dua sampai tiga tahun. Kita bisa bayangkan berapa banyak wanita muda yang pernah dipekerjakan oleh Sumiarsih. Sisi positifnya, ia mengajarkan mereka keterampilan seperti memasak dan menjahit agar jika "masa kontrak" habis, mereka tetap bisa menjalankan roda kehidupannya dengan cara yang halal.

Ambisi Sumiarsih dan Purwanto menikmati prospek bisnis prostitusi membuat mereka tidak menyadari bahwa keluarga mereka kelak akan menjadi "tumbal" perjanjian terlarang mereka. Lalu bagaimana kesepakatan antara Sumiarsih dengan Purwanto?

Keduanya sepakat mendirikan rumah bordil pada tahun 1980 dengan nama "Sumber Rejeki". Adapun sistem pembagian keuntungannya: Sumiarsih wajib setor 20 juta perbulan dan ada denda bunga 10% jika telat membayar.

Kita bisa bayangkan nilai 20 juta pada tahun 1980, saat sepiring nasi masih seharga 100 perak dan gaji pegawai negeri masih di kisaran 75 ribu perbulan. Kita perkirakan saja nilainya di atas 500 juta saat ini. Inilah nilai uang yang harus disetor Sumiarsih ke Purwanto setiap bulannya sebagai kompensasi dari investasi Purwanto di wisma milik Mami Rose.

Bermodalkan investasi Purwanto, Sumiarsih kembali melakukan terobosan di bisnis prostitusinya, hanya kali ini ia melakukannya di dua rumah bordilnya: Happy Home dan Sumber Rejeki. Terobosan yang tidak dipikirkan oleh pengelola rumah bordil lainnya di Gang Dolly ini adalah menambah fasilitas minibar dan livemusic dangdut. 

Terobosan ini lantas membuat rumah bordil Sumiarsih semakin ramai pengunjung. Secara finansial, tentu hal ini menguntungkan bagi Sumiarsih. Warga sekitarnya juga ikut menikmatinya, karena Sumiarsih senang meminjamkan uangnya dan tidak terburu-buru menagih. Ia juga dikenal aktif membantu kegiatan warga di lingkungannya.

Saat Petaka Mulai Mendekat

Benarkah rumah bordil Sumiarsih benar-benar menghasilkan rejeki untuknya dan Purwanto sesuai namanya, Sumber Rejeki? Mereka lupa bahwa bisnis ibarat gelombang, kadang pasang dan kadang surut, begitupun bisnis prostitusi mereka. Penyebabnya bisa jadi karena razia aparat, saat bulan Ramadhan atau karena mereka terjerat kasus seperti mempekerjakan anak di bawah umur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun