Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo dan "Ghost Fleet" yang Ramalkan Indonesia Bubar Tahun 2030

19 Februari 2024   13:39 Diperbarui: 20 Februari 2024   06:53 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar KompasTV

Sebagai insan sejarah, keunggulan pasangan Prabowo-Gibran dalam quick count dan real count KPU Pilpres 2024 membuat saya melakukan napak tilas terhadap kegigihan Prabowo Subianto dalam Pilpres sebelumnya yaitu 2014 dan 2019. Youtube kemudian menampilkan salah satu video ke beranda saya saat Prabowo berpidato bahwa Indonesia akan bubar pada 2030. Berikut, penulis cantumkan isi pidato Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto pada tahun 2018 atau menjelang kontestasi Pemilu 2019.

"Saudara-saudara, kita masih upacara, kisah masih menyanyikan lagu kebangsaan, kita masih pakai lambang-lambang negara, gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini, tetapi di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030. Bung, mereka ramalkan kita ini bubar. Elit kita ini merasa bahwa 80% tanah dikuasai 1% rakyat kita tidak apa-apa, bahwa hampir seluruh aset dikuasai 1% tidak apa-apa, bahwa sebagian besar kekayaan kita diambil keluar negeri tidak tinggal di Indonesia tidak apa-apa. Ini yang merusak bangsa kita, saudara-saudara. Semakin pintar, semakin tinggi kedudukan semakin curang, semakin culas, semakin maling. Tidak enak kita bicara tetapi sudah tidak ada waktu kita pura-pura lagi."

Isi pidato di atas, tentu mengejutkan dan mengkhawatirkan saya sebagai anak negeri yang mencintai bangsa dan banyak membaca sejarah berdarah tanah air ini memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan. Insting sejarah menggerakkan saya mencari banyak informasi terkait pidato tersebut. Intinya saya lalu mengumpulkan informasi tentang novel Ghost Fleet yang dijadikan Prabowo sebagai sumber informasi dalam pidatonya.

Prabowo: "Memang Bentuknya Novel Tetapi Ditulis oleh Ahli Intelijen Strategis"

Pengakuan Prabowo Subianto bahwa pidatonya yang menyinggung Indonesia akan bubar memang bersumber dari novel. Meski demikian novel yang ditulis oleh ahli intelijen ini patut menjadi kewaspadaan bangsa Indonesia yang menurut novel berjudul Ghost Fleet itu, Indonesia tidak ada lagi tahun 2030. Demikian dikutip dari salah satu video Kompas. TV. 

Saat Prabowo ditanya oleh wartawan terkait novel itu fiksi atau ilmiah, Ketua Umum Gerindra ini menjelaskan bahwa di luar negeri memang ada yang disebut skenario writing. Mungkin bentuknya memang novel tetapi ditulis oleh ahli-ahli intelijen strategis. 

Terkait tujuan Prabowo menyampaikan pidato tersebut, ia menjelaskan bahwa tujuannya untuk menyampaikan ke lingkungan politik agar waspada, jangan anggap enteng persoalan-persoalan karena sejak awal lahirnya Republik banyak yang iri terhadap kekayaan kita. 

Akibatnya kita selalu didatangi dan dirampok selama ratusan tahun terutama oleh Belanda. Belum lagi mengingat banyak yang gugur untuk merebut kemerdekaan. Bahkan setelah perang kemerdekaan pun, mereka masih datang untuk memecah belah kita, hingga sekarang pun pihak luar negeri masih membuat tulisan bahwa tahun 2030 bangsa Indonesia sudah tidak ada.

Prabowo tidak hanya mengingatkan Indonesia akan bubar dalam acara Konferensi Nasional dan Temu Kader sebagaimana video yang viral tetapi juga dalam kesempatan bedah buku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat pada 18 September 2017.

Prabowo Subianto saat berpidato di hadapan kader Partai Gerindra (sumber Prime Time Berita Satu)
Prabowo Subianto saat berpidato di hadapan kader Partai Gerindra (sumber Prime Time Berita Satu)

Jadi maksud Prabowo Subianto menyampaikan pesan tentang Indonesia akan bubar pada 2030 adalah agar bangsa Indonesia waspada. Jangan menganggap enteng masalah ini karena mereka yang berkepentingan itu tidak memiliki sumber daya alam, tetapi mereka ingin kaya dari kekayaan kita. Masih menurut Prabowo, ini sudah menjadi fenomena tetapi jika tidak percaya dengan peringatannya, ia menyatakan tidak apa-apa sebab kewajibannya sebagai anak bangsa adalah bicara saat melihat suatu bahaya.

Ghost Fleet Ditulis oleh Pakar Keamanan Berdasarkan Riset Mutakhir

"Ghost Fleet, sebuah kisah tentang armada hantu dan Perang Dunia Ketiga yang diramalkan akan segera terjadi. Pasukan marinir bertempur dalam dahsyatnya peperangan Pearl Harbour modern; para pilot pesawat tempur berusaha mengalahkan drone-drone antiradar; hingga para peretas remaja yang mencoba saling meretas sistem pertahanan antarnegara. Bahkan miliarder Silicon Valley pun ikut memobilisasi cyber-war dan seorang pembunuh berantai yang membawa dendam pribadinya. Siapakah yang akan menjadi pemenangnya? Seperti apa bentuk dunia setelah perang paripurna ini? Pada akhirnya, pemenang bergantung pada siapa yang lebih cakap mengambil pelajaran dari masa lampau dan ahli memanfaatkan senjata masa depan. Jangan sepelekan, kisah di novel ini mungkin saja jadi realitas masa depanmu. Ghost Fleet, debut novel karya dua pakar keamanan nasional ternama Amerika ini menjadi perbincangan dunia karena didasarkan pada riset mutakhir." Demikian abstrak pada awal novel, dikutip dari laman Perpusnas. Adapun penamaan Ghost Fleet sendiri yang diartikan sebagai "Armada Hantu" merujuk pada sebuah kapal Angkatan Laut yang dipersenjatai lengkap tetapi dinonaktifkan. Inilah sebabnya kapal ini dinamakan "Armada Hantu."

Meskipun novel ini lebih pada kategori fiksi ilmiah, kepakaran penulisnya membuat isinya patut menjadi perhatian. Peter Warren (PW) Singer dan August Cole merupakan sosok berpengaruh dalam hal pertahanan, politik dan kebijakan di AS. PW Singer adalah ahli strategi di New America Foundation. Ia juga pernah menjabat sebagai pemimpin 21st Century Security dan Intelijen di Brookings Institute. Sebelum menulis Ghost Fleet: a Novel of The Next World War, ia pernah menulis beberapa buku nonfiksi. 

Di antaranya Wired for War: The Robotic Revolutions and Conflict in The 21st Century yang pernah menjadi buku terlaris dan mendapat penghargaan Non-Fiction Book of The Year tahun 2009 oleh majalah Financial Times. Buku tentang peran teknologi robotik dalam perang masa depan ini menjadi bacaan resmi di militer Amerika dan Australia. 

Sementara Ghost Fleet menjadi bacaan wajib di kalangan militer Amerika karena novel ini dianggap menjadi cetak biru yang memprediksi perang antara AS vs China-Rusia. Adapun August Cole merupakan mantan penulis di Wall Strett Journal dan banyak menulis karya fiksi terkait kebijakan politik luar negeri AS pada abad ke-21 ini.

Sampul novel Ghost Fleet (sumber: Perpusnas)
Sampul novel Ghost Fleet (sumber: Perpusnas)

Berkisah tentang Perang AS vs China-Rusia, Indonesia Disebut Akan Tenggelam

Ghost Fleet berkisah tentang perang dunia ketiga antara Amerika Serikat melawan poros China-Rusia. Sementara Indonesia sendiri menjadi latar dari perang dua poros raksasa dunia itu. Indonesia yang menjadi salah satu latar perang disebut akan tenggelam dalam kanal sepanjang 600 mil antara Republik Indonesia dan Malaysia. Lebar kanal tersebut pada jarak tersempit kurang dari dua mil. Indonesia disebut akan tenggelam ke dalam kanal ini setelah Perang Timor Kedua.

Lalu apa lagi setelah Indonesia hancur? Selanjutnya dituliskan bahwa drone listrik V1000 milik Direktorat (China) yang punya kemampuan berbagi data kepada sistem komersial dan dapat menghilang, menjadi pilihan untuk misi penyerangan ke Afrika dan bekas Republik Indonesia.

Penulis tidak punya kapasitas mengomentari keakuratan prediksi Ghost Fleet. Penulis pun tidak punya keberanian membuat spekulasi. Tetapi sepanjang pengetahuan penulis memang ada beberapa karya yang pernah memprediksi sebuah peristiwa atau mirip dengan peristiwa yang digambarkan dalam karya tersebut, misalnya penyebaran virus yang mirip Covid-19 sudah pernah dituliskan dalam novel The Eyes of Darkness dan End The Days. 

Jika ada kesempatan, penulis akan menguraikannya bersama karya-karya lain yang juga dianggap pernah meramalkan fakta atau peristiwa yang mirip di dalam karya tersebut. Intinya, terlepas dari tujuan Prabowo Subianto mengutip Ghost Fleet dalam pidato pilitiknya, kita harus waspada dan tetap berdoa untuk keselamatan bangsa dan negeri ini.

Mari menjaga NKRI sebagaimana para pejuang terdahulu mengorbankan harta, jiwa bahkan masa depan mereka untuk negeri tercinta. Jangan biarkan negeri ini tergadai untuk kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok tertentu. Siapapun yang akan memimpin negeri ini, apalagi jika takdir memihak ke Prabowo Subianto, maka dia harus membuktikan bahwa dia pantas menjadi sosok yang menyelamatkan negeri ini dari kebangkrutan.

Jangan jadikan tahun 2030 sebagai pembuktian benar tidaknya prediksi itu, tetapi juga masa-masa sesudahnya. Sebagaimana jika kita berhasil melewati masa-masa kritis 1997-1998, bukan berarti di masa depan tidak akan terulang lagi. Jika suatu masa berlalu dan prediksi meleset, bukan berarti kita lantas menjadi lalai, sebab seperti yang Prabowo ingatkan bahwa ada yang iri dengan kekayaan kita, sementara mereka tidak punya kekayaan alam.

Prabowo juga mengingatkan agar membaca ulang sejarah bagaimana kita dikuasai ratusan tahun terutama oleh Belanda untuk menguras sumber daya alam kita. Desakan untuk mendapatkan sumber daya alam ini pula yang membuat Jepang yang sebelumnya memproklamirkan diri sebagai "saudara tua" tega mengeksploitasi sumber daya alam dan memperkosa ibu pertiwi. Lalu bangsa apa lagi yang paling berkepentingan terhadap sumber daya alam kita di masa depan? Jika menggunakan prediksi Ghost Fleet maka spekulasinya adalah salah satu dari dua poros: Amerika Serikat atau China-Rusia. Tetapi jika kita beranggapan bahwa pidato Prabowo sekadar "jualan politik untuk elektabilitas" dan tak berdasar, maka seperti kata Prabowo yang penting dia sudah menunaikan kewajibannya sebagai anak bangsa. Mari menempatkan diri di antara ruang pesimisme dan optimisme. Jangan condong hanya ke optimisme sampai lupa mawas diri, dan jangan pula condong pada pesimisme sampai lupa berjuang dan berdoa. Sebaik-baiknya urusan adalah yang pertengahan, optimis harus tetapi waspada dengan ancaman adalah kewajiban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun