Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gestur atau Gimik di Debat Cawapres: Sentimen Negatif hingga Blunder?

25 Januari 2024   09:12 Diperbarui: 25 Januari 2024   09:20 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahfud MD menanggapi gimik Gibran terhadap dirinya (sumber: video Kompas.com)

Blunder akibat sikap Gibran yang menimbulkan banyak antipasti terus berlanjut. Ijazahnya pun kembali disorot. Ia memang pernah menunjukkan ijazahnya ke awak media di balaikota Solo (23/11/2023) untuk membantah isu ijazah palsu yang ramai diperbincangkan publik. Ketika itu Gibran menunjukkan dua ijazah, masing-masing dari University of Singapore dan University of Bradford, Inggris.

Ijazah Gibran kembali jadi pembahasan media pasca debat cawapres kemarin, di antaranya oleh Tribun Network (23/1/2023) bersumber dari akun media sosial @BangBudiKur. Akun ini memperlihatkan sebuah ijazah dari perguruan tinggi di Inggris dengan keterangan bahwa Gibran lulus S1 dengan nilai lower second class honours (setara 48), yang jika menggunakan sistem penilaian di Indonesia setara dengan IPK 2,3. Meski IPK seperti ini sulit diterima untuk melanjutkan kuliah ke pasca sarjana seperti yang ditulis oleh @BangBudiKur tetapi untuk konteks mendaftar capres-cawapres IPK tidak menjadi persyaratan. Tribun juga mengutip dari akun resmi University of Bradford bahwa di perguruan tinggi ini digunakan empat tingkatan nilai yaitu First Class Honours (68%), Second Class Honours-First Division (58%), Second Class Honours-Second Division (48%) dan Third Class Honours (di bawah 48%).

Dokumen yang diperlihatkan Gibran di balaikota Solo  pada 23 Januari 2023 (sumber: video Kompas.com)
Dokumen yang diperlihatkan Gibran di balaikota Solo  pada 23 Januari 2023 (sumber: video Kompas.com)
Sayangnya, debat cawapres sudah selesai dua putaran. Gibran tak punya kesempatan lagi untuk membuktikan kapasitasnya di panggung debat. Dia memang menjadi "Sang Fenomenal" dalam dua putaran, tetapi seharusnya di luar panggung debat ia juga harus mampu menjawab isu-isu yang ditanyakan oleh wartawan karena bagaimanapun debat adalah sebuah by design yang telah dipersiapkan secara matang. Sisa waktu kurang dari sebulan lagi Mas Gibran untuk membuktikan dirinya layak menjadi pemimpin bangsa. Jika gagal maka tidak menutup kemungkinan, publik termasuk generasi Y dan Z mengalihkan pilihannya, seperti yang telah ramai diwacanakan pasca debat cawapres kedua sekaligus terakhir untuk cawapres.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun