Ini salah satu rujak yang “aneh” jika saya bandingkan dengan rujak-rujak di luar Bangka. Bahannya mi putih, irisan tahu goreng, kecambah (toge), dan lain-lain, termasuk dengan cuka/kuah empek-empek.
Demikian saja sedikit kisah “mudik selera” di kampung halaman sendiri yang baru sekarang saya sempat menuliskannya. Kesempatan ini pun tidak satu-dua kali singgah untuk jajan, melainkan lebih tiga kali, karena keterbatasan perut saya.
Barangkali tulisan ini merupakan tulisan pertama dan terakhir saya yang berkaitan dengan “mudik selera” di kampung halaman. Tulisan ini pun saya dedikasikan untuk kampung halaman saya yang memiliki tempat jajanan khas Bangka.
Memang kurang lengkap kalau soal jajanan atau makanan khas lokal. Masih ada tefu sui (susu kedelai), tefu cong, tefu fa, lempah kuning, lempah darat, gulai nanas, rusip, sambelingkung, dan seterusnya, karena makanan khas yang saya tuliskan di atas merupakan jajanan/kudapan yang paling mudah-dekat saya santap, dan tidak perlu disantap bersama sepiring nasi.
*******
Ruang Pandang, Sri Pemandang Atas, 21 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H