Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Aroma Korupsi di Sekitar Meja Gambar

4 November 2018   17:57 Diperbarui: 5 November 2018   00:30 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, lagu "Panggung Sandiwara"-nya God Bless memang "wajib" saya lakukan sebagai bawahan. Meski kami ber-6 merupakan rekan dalam keseharian di kantor, tetapi di sesi tersebut saya "wajib" menyapa rekan saya dengan seolah-olah "bukan rekan" alias dari pesaing (kompetitor).  "Panggung"-nya dimulai dari tempat parkir.

Dan seterusnya sampai hasil "menang-kalah" tender hanyalah syair-syair lagu God Bless itu. Semua sudah diatur dalam nama Tuhan. Oh, Tuhan memberkati (God Bless), ya?   

Saya pun pernah menjadi pengawas proyek pelaksanaan pembangunan, baik  milik "pelat merah" maupun "pelat kuning". Sebagai seorang pengawas proyek, tentu saja, saya berhubungan langsung dengan orang-orang yang terkait dengan struktur organisasi.

Dalam realitas pergaulan lingkup struktur organisasi, tentu saja, saya bisa bahkan biasa menemukan "perbedaan" antara proyek "pelat merah" dan "pelat kuning".  Masing-masing personal sudah "tahu sama tahu" ketika ngobrol sambil minum kopi.

"Tahu sama tahu" yang bagaimana? Ya, tahu sama dengan tahu, bukannya tempe, meski bahan dasarnya adalah kedelai. Pokoknya, gitu deh.

Pada waktu selanjutnya, selain menjadi Kepala Studi Arsitektur (Lead of Architects), saya pernah melalui beberapa posisi dalam pelaksanaan pembangunan. Dari seorang pelaksana (Supervisor) hingga Manajer Proyek (Project Manager).

Hubungan antarmeja kantor berisi gambar dan ini-itu memang merupakan hal biasa. Tetapi hubungan antarmeja berisi gelas khusus bersanding botol beralkohol untuk sebuah proyek, tentunya berbeda sekali, 'kan?

Paling berbeda adalah di dekat meja bertabur makanan-minuman. Seorang oknum kepala daerah (seketika bernama samaran di situ) berpelukan dengan seorang perempuan muda yang aduhai. Tidak cukup duduk berpelukan, si oknum kepala daerah pernah, bahkan 2 kali, menyusul si perempuan muda ke toilet.

Lho, ada apa sampai si oknum daerah itu menyusul ke toilet? Pintu tertutup, dan saya tidak tahu ada "proyek" apa lagi di sana. Yang jelas, saya pernah menuliskannya dalam artikel "Sedapnya Suap Seks" (4 Mei 2013)

Semerbak "begituan" paling terasa pada saat menjelang hari raya. Oknum-oknum berseragam pun bisa cengar-cengir keluar-masuk kantor orang lain, apalagi terkait dengan suatu proyek. Pokoknya, aromanya terasa sekali. Oh, Republik Pancasila yang memuliakan Tuhan dengan hasil "begituan". Ironi yang miris. 

Begitulah sekilas pengalaman saya. Sebenarnya saya ingin lebih menguraikan lebih burai lagi. Tetapi, saya rasa, cukup garis besarnya saja, dan sedikit mengaitkannya dengan berita seputar korupsi tugu antikorupsi itu hingga saya hanya mampu menggeleng-geleng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun