Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Saat Tempe Jadi Komoditas Unggulan pada Kampanye Pilpres 2019

1 November 2018   02:10 Diperbarui: 1 November 2018   17:56 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia yang merupakan negara agraris memang ironis dengan perilaku impor kedelainya yang cenderung meningkat. Contohnya periode 1998-2002 mengimpor 414.000 ton, periode 2003-2007 mengimpor 1.198.374 ton, dan 2008-2012 mengimpor 1.592.893 ton.     

Bahkan, pada 1996 ada kehebohan soal impor kedelai. Waktu itu Indonesia "terpaksa" menukarkan (barter) pesawat CN 350 produksi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) dengan kedelai. 

Survei LIPI dan Politik Tempe Kontemporer

"Politik tempe" yang digencarkan Sandi dengan memunculkan istilah "Tempe Setipis ATM" merupakan strategi kampanye yang, bagaimanapun, akhirnya tidak boleh disepelekan oleh Jokowi. Yang juga terkait langsung dengan Jokowi yang dikenal sebagian orang adalah sosok sederhana dan merakyat.

Salah satu hasil survei yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Politik (P2P) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terungkap bahwa masyarakat lebih memilih capres dengan kategori "sederhana dan merakyat" ketimbang kategori "berwibawa" dan "berpenampilan menarik".

Sebagian hasil yang dipaparkan oleh  Peneliti P2P LIPI Wawan Ichwanuddin dalam temuan survei di Hotel Atlet Century, Jakarta, Kamis (19/7), menyebutkan, label "sederhana dan merakyat" muncul sebagai kriteria ideal bagi capres.

Kategori tersebut mendapat suara 95,38 persen atau yang paling diinginkan oleh responden. Sementara, kategori "berwibawa" dan "berpenampilan menarik" dalam survei ini mendapat skor 92,19 persen dan 64,05 persen.

Oleh sebab itu, blusukan Jokowi ke pasar dengan menjadikan tempe sebagai salah satu komoditas unggulan untuk kampanye menuju Pilpres 2019 sangatlah "mendesak". Meski terkesan "terlambat" jika dibandingkan dengan gerilya kampanye Sandi, paling tidak, masih tersedia waktu yang cukup sebelum 13 April 2019. Sebab, masih ada komoditas unggulan untuk kampanye selain tempe, 'kan?

*******  

Kupang, 1 November 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun