Aku tidak bisa mencegahmu dengan kata-kata karena kamu segera meringkus bibirku dengan bibirmu. Mungkin kata-kata sedang tidak diperlukan pada situasi semacam ini. Mungkin sebagian anggota tubuh sudah lebih dari cukup menjadi juru bicara antara aku dan kamu.
Kepiting putih berkaki panjang berlarian, menjauhi pergulingan aku dan kamu yang telah diikuti dengan saling menjepit kedua kaki. Ombak berdebur-debur . Angin sepoi menerpa-nerpa.
Tiba-tiba kamu menghentikan pergulingan dengan posisi kamu di atas. Kamu menoleh ke arah laut. Aku menatapmu tapi kamu bergeming pada pandanganmu.
“Ada apa?”
“Aku teringat film lawas.”
Pandanganmu beralih ke arahku. Kedua tanganmu masih menahan tubuh mungilmu. Tetapi kutangkap sebuah kecemasan bergelenyar dari bola matamu.
“Film?”
Kamu mengangguk tanpa memoles tatapan dengan sedikit senyuman. Aku mulai sibuk mencari kalimat yang mendadak hilang dari pikiranmu. Biarlah, aku mencoba menanyakannya langsung padamu.
“Film apa?”
“Ratu Pantai Selatan.”
“Oh!”