Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengurus Perpanjangan Masa Berlaku SIM C

13 Januari 2016   12:29 Diperbarui: 13 Januari 2016   13:56 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak perlu lama mencari, tempat fotokopi segera saya jumpai. Memang tidak jauh dari situ ada tempat fotokopi, yang sudah buka pada pkl. 08.00 WITA. Saya lega karena urusan SIM bisa lebih cepat.

Secepatnya saya kembali ke tempat mangkalnya mobil pelayanan itu. Acara sudah dimulai, rupanya. Dan, para pesertanya bertambah sekitar dua kali lipat. Maklumlah, lebih banyak pengantri di sekitar mobil pelayanan keliling karena letak kantor polisi yang cukup jauh (3 km lumayan kalau berjalan kaki, ‘kan?). Tidak perlu berlama-lama saya serahkan berkas-berkas saya, lalu ikut menunggu panggilan.

Mendung sedang ‘menggoda’. Sinar matahari yang, biasanya, mulai menyengat menjelang pkl.09.00 WITA, sama sekali terhalang mendung. Bahkan, ada calon peserta datang dengan mengenakan jas hujan yang sudah terkena hujan. Berarti, cuaca sangat kondusif untuk menunggu.

Panggilan dilakukan terhadap lima orang untuk difoto di dalam mobil minibus ber-AC. Sekitar 5 menit, mereka keluar sambil membawa formulir untuk diisi dan segera dikembalikan agar bisa mendapatkan SIM A atau C baru.

Saya sempat bingung karena saya tidak membawa pulpen. Tanpa perlu malu, saya bertanya ke seorang pria di sebelah kanan saya, “Mas bawa pulpen?” Jawabnya, “Bawa.” Saya Tanya lagi, “Boleh saya nanti pinjam?” Jawabnya lagi, “Boleh.”

Masa penungguan giliran saya manfaatkan dengan ngobrol. Kebetulan pria di samping kanan-kiri saya biasa ngobrol. Pria di samping kanan suka bercanda. Pria di samping kiri saya terlambat memerpanjang SIM C selama 6 bulan, sempat khawatir soal bisa-tidaknya diperpanjang masa berlakunya, dan sengaja mencoba berspekulasi.

Ya, kami hanya bisa ngobrol untuk menunggu giliran. Tidak ada kopi, nasi kotak, atau hiburan elekton. Iseng-iseng mengomentari orang yang keluar-masuk mobil pelayanan. Sayangnya, tidak ada seorang perempuan cantik berpakaian seksi atau atraktif di sekitar kami sehingga obrolan datar-datar saja.

Lantas, giliran nama saya dan pria sebelah kiri dipanggil oleh ibu polisi. Kami berdua beranjak, sementara pria di sebelah kanan tetap duduk santai. “Saya pinjam pulpennya lho, Mas,” pesan saya lagi supaya dia tidak pergi entah ke mana. “Iya,” jawabnya. Oh, betapa baiknya dia!

Di dalam mobil pelayanan yang bersuhu sejuk itu terdapat lima kursi untuk peserta. Empat kursi plastik untuk antri, dan satu kursi besi-berbantal dudukannya untuk peserta yang difoto. Saya mendapat giliran ketiga. Duduk di kursi empuk, difoto,dan beranjak untuk membuat tanda tangan dan sidik jempol kanan.

Selesai, lalu saya keluar dengan membawa formulir yang diberikan oleh bapak polisi. Sempat saya melirik pada biaya (retribusi) pengurusan SIM C yang tertera pada lembaran berukuran agak kecil. Tidak ada angka Rp. 130.000,- seperti yang disampaikan oleh pria di kantor polisi sana.

Saya kembali ke pria di samping kanan tadi untuk meminjam pulpen. “Ngisinya nggak usah dipikir dalam-dalam. Bukan ujian sekolah, Mas,” guraunya. “Jangan-jangan nanti ada bonusnya, Mas,” sahut saya. “Ya, nasi bungkus lauk ayam,” katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun