Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengurus Perpanjangan Masa Berlaku SIM C

13 Januari 2016   12:29 Diperbarui: 13 Januari 2016   13:56 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Eh, lya, barusan mobilnya keluar dari parkiran, Mas.”

“Oh, barusan itu? Saya juga melihatnya. Mangkalnya di mana?”

“Di BP (Balikpapan Permai–pen.).”

“Terima kasih informasinya, Mas,” ujar saya sembari berbalik ke tempat parkir untuk ‘mengejar’ mobil pelayanan pengurusan SIM keliling itu.

Saya memang tidak mau menunda dengan besok-besok-besok saja, walaupun saya sama sekali tidak menyiapkan berkas apa-apa. Untuk bisa berjalan di atas air, Simon Petrus harus keluar dari perahu. Aku pun harus keluar dari pemikiranku yang menjebak dengan kekhawatiran. Kalau hanya fotokopi KTP dan SIM, alangkah mudahnya.   

Pagi itu cuaca seperti kemarin. Ada mendung yang ‘menggoda’ untuk urung. Tapi, sekali sudah keluar dari perahu, pantang bagi saya mampir di warung untuk makan tahu. Ya, saya pura-pura tidak tahu, cuaca sedang ‘merayu’ begitu.

Saya memasuki kawasan BP dan mencari mobil minibus pelayanan SIM keliling itu dengan naluri saja. Ya, cukup dengan naluri, cepat ketemu tempat mangkalnya. Saya sedikit kaget karena mangkalnya di depan tempat dugem bernama V’gas. Nama tempat itu pernah saya dengar dari rekan-rekan kerja, yang suka dugem.

Ternyata acara belum dimulai. Beberapa orang meletakkan kursi-kursi plastik untuk para penunggu. Tampak sekitar 20 orang sedang bersiap-siap. Mungkin sengaja menunggu saya tampil membaca puisi. Mungkin. Tapi saya pura-pura acuh-tak acuh, langsung menuju ke petugas (polisi) yang sedang mengumpulkan berkas-berkas peserta, dan menanyakan syarat-syarat kepada petugas.

“Fotokopi KTP dan SIM saja, Mas,” jawab petugas.

Saya celingak-celinguk, mencari tempat fotokopi di sekitar situ. Ada tempat fotokopi tetapi masih tutup. Mungkin petugasnya belum bangun atau sedang mandi wajib (mandi pagi itu wajib untuk pekerja). Sempat saya berpikir, kenapa tadi saya tidak singgah sebentar di tempat fotokopi, ya. Tapi sudah telanjur, pantang bagi saya untuk mundur dan ‘berenang’.

Kemudian saya bertanya ke seorang pria yang sedang santai, “Mas, tempat fotokopi terdekat, di mana, ya?” Jawabnya, “Di depan situ, sebelah kiri, ada gang. Masuk saja, lalu nanti belok kiri lagi. Di sana ada tempat fotokopi.” Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun