Mohon tunggu...
Agustinus Ependi
Agustinus Ependi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Filsafat, di Fakultas Filsafat, Universitas St. Thomas Medan

Tutuh Nya Tiop, Akal Nya Midop.. Onih Agah?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Filosofis Tatung dalam Masyarakat Tionghoa di Singkawang

15 Februari 2024   20:55 Diperbarui: 15 Februari 2024   21:10 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Tatung: Sebagai Proses Humanisasi

Kalau kita melihat proses sejarah dari terbentuknya tatung diatas sangat jelas bagi kita bahwa keberadaan tatung sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia khususnya bagi masyarakat etnis Tionghoa. Adanya tatung justru untuk menjawab atau untuk memenuhi kehidupan manusia. Keberadaan tatung sungguh memanusiakan manusia, sebab keberadaannya itu untuk membantu manusia, terutama bagi mereka yang mengalami kesusahan dan terkena penyakit. Sebagai titisan dewa yang hidup di dunia ini, tatung sangat membantu kehidupan masyarakat Tionghoa. Apalagi kala itu belum ada rumah sakit seperti sekarang ini tentu tatung sangat berguna sekali untuk menyembuhkan.[11]

Menyembuhkan mereka yang sakit dengan tatung merupakan upaya untuk menyelamatkan jiwa manusia. Maka sebagai titisan dewa tatung menyelamatkan jiwa manusia. Selain itu tatung juga menentukan tanggal yang baik untuk perkawinan. Maka kalau dilihat dari fungi dari tatung itu sendiri ialah sangat memanusiakan hidup manusia. Hal semacam ini tidak bisa kita sangkal, sebab adanya tatung itu dikarenakan kebutuhan manusia itu sendiri.

 

Tatung: Sebagai Pertumbuhan Ekonomi

Pada zaman modern saat ini semua sektor kehidupan manusia mengalami perubahan yang sangat signifikan. Demikian juga halnya dengan kebudayaan yang dihidupi oleh masyarakat juga mengalami perubahan. Hal yang demikianlah yang terjadi pada budaya tatung di Singkawang. Untuk zaman modern saat ini tatung bukan lagi menjadi tradisi yang begitu sakral seperti zaman dahulu. Sebab tatung mengalami perubahan, terutama dalam sisi perayaannya atau dalam pawai. Untuk saat ini pawai tatung hanya dianggap sebagai pameran orang yang mengiris badanya menggunakan mandau, dudu diatas paku, dan menusuk diri dengan besi yang tajam.[12] Kegiatan seperti itulah yang dipertontonkan kepada masyarakat kota Singkawang. Maka tidak heran kalau tatung sangat dinantikan oleh masyarakat pencinta tatung. Dengan perkembangan tersebut membuat tatung bukan menjadi sesuatu yang begitu sakral lagi, melainkan hanya sebagai pameran atau tonton bagi masyarakat. 

Karena hanya sebagai pemeran belaka, maka perayaan tatung sangat dinantikan oleh masyarakat Singkawang bahkan perayaan tatung sampai kepada tingkat internasional. Maka pada perayaan tatung bisanya kota Singkawang dipenuhi oleh orang-orang di luar kota Singkawang, bahkan para turis dari luar negeri pun datang menyaksikan pemeran tatung. Pameran tatung sungguh menarik, sehingga menggugah para pencinta tatung untuk menyaksikan.  Maka tidak heran jika perayaan tatung, kota Singkawang dipenuhi oleh ribuan masyarakat. Biasanya hotel-hotel sudah penuh jika menyambut perayaan tatung.[13] Oleh sebab itu, jika ingin menikmati perayaan tatung, maka harus datang seminggu sebelum perayaan tatung dilaksanakan. 

Maka berdasarkan uraian diatas sangat tampak bahwa melaui pawai tatung secara tidak langsung menumbuhkan ekonomi masyarakat Singkawang. Sebab mayoritas masyarakat Tionghoa di Singkawang berkerja sebagai pedagang. Dengan banyaknya masyarakat yang datang ke kota Singkawang untuk menyaksikan pemeran pawai tatung. Maka secara tidak langsung akan terjadinya transaksi atau jual beli dalam masyarakat, dengan demikian maka pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan.

 

Kesimpulan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun