Mereka mengikuti cara berpakaian budaya-budaya luar yang menggunakan pakaian yang seksi-seksi. Dimana hal itu sekarang sudah dianggap hal yang biasa oleh masyarakat akabit dari perkembangan zaman. Masyarakat tidak mampu lagi untuk menjaga apa yang selama ini ditanamkan oleh nenek moyang mereka. Mereka menganggap tradisi-tradisi zaman dahulu itu sangat kolot. Perubahan tersebut akibat dari pergaulan dengan budaya luar, dimana anak-anak zaman sekarang malu mengakui budaya mereka. Sehingga mereka tertarik akan budaya luar.
Generasi zaman sekarang tidak mau lagi mendengar nasihat-nasihat dari orang tua, itu tampak dalam kurangnya rasa mendengarkan orang lain. Mereka tidak mau lagi ikut berkumpul di tengah masyarakat. Mereka cenderung menutup diri, sehingga budaya gotong royong itu jarang sekali terjadi. Dimana pada saat ini budaya gotong royong itu sudah berubah maknanya. Gotong royong bukan lagi sebagai budaya saling membantu satu sama lain, melainkan budaya gotong royong membantu dengan adanya imbalan, tanpa adanya imbalan atau upah maka orang tidak mau bekerja sama lagi.Â
Relevansi budaya gotong royong masyarakat Dayak pada pendidikan Modern
Suku Dayak merupakan sub suku yang mendiami pulau Kalimantan. Dimana suku ini sangat menjunjung tinggi nilai budaya gotong royong yang mereka alami di rumah Panjang. Rumah Panjang merupakan pusat perkumpulan masyarakat Dayak pada zaman dahulu. Dalam rumah Panjang itulah mereka melakukan segala aktivitas bersama. Solidaritas sangat terjalin dalam kehidupan rumah Panjang, dimana mereka masih ada hubungan darah. Sehingga rasa kebersamaan itu dapat terus-menerus mereka hidupkan.
Namun setelah masuknya pendidikan modern, dimana pendidikan ini membentuk karakter masyarakat dan menambah pengetahuan masyarakat. Sehingga tarap kehidupan masyarakat berubah. Maka dengan semakin tingginya pendidikan masyarakat, maka semakin berubah pola dan taraf hidup masyarakat. Dengan masuknya pendidikan tersebut membuat masyarakat Dayak secara perlahan mengubah pandangan mereka selama ini. Maka masyarakat Dayak tidak lagi berpegang teguh pada tradisi zaman dahulu, dimana budaya gotong royong sangat dijunjung tinggi. Namun setelah masuknya pendidikan modern budaya gotong royong tersebut mulai memudar akibat dari perkembangan zaman.
Dengan perubahan-perubahan dan masuknya budaya luar, sangat dituntut bagi kita masyarakat Dayak agar tetap melestarikan budaya leluhur kita. Masyarakat Dayak bisa saja menerima perubahan zaman, tapi ada beberapa hal yang harus tetep kita pertahankan. Misalnya budaya gotong royong yang selama ini sudah jarang kita lakukan. Dengan perkembangan zaman ini dituntut dari kita pribadi harus menjaga tradisi-tradisi kita. Kita diajak untuk tidak malu mengakui kebudayaan kita. Justru dengan alat yang canggih ini kita bisa memamerkan atau mempublikasikan kebudayaan-kebudayaan kita kepada publik.
Daftar Pustaka
Ilmu pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita, diterjemahkan oleh Dr. K. Bertens. Jakarta: PT Â Â Â Gramedia, 1985.
Lubis, A.A.A. Mas Rabbini dan Runtu, Natasha Gloria, Generasi Muda Dayak Kanayatn. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Yogyakarta: CV Bintang Surya Madani, 2020.
Safari, Agus dan Nugroho, Kandung Sapto ( ed, ). Perubahan Sosial Sebuah Bunga Rampai. Â Â Â Serang: FISIP Untirta, 2011.
Arifin, Zainal, Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Sahabat Pena Kita, 2020.